PENGLIHATAN DAN MIMPI TENTANG MICROCHIP RFID 666 MELALUI ADIT DARI BALI
Sabtu, 30 Jan 2016 pk 22:30
Seperti biasa, setelah mengatur kursi untuk ibadah raya,
keesokan harinya saya langsung masuk ke kamar untuk segera beristirahat.
Setelah selesai membersihkan badan, saya langsung masuk ke kamar untuk segera
tidur.
Minggu, 31 Jan 2016
Saya mendengar pintu kamar saya digedor-gedor oleh orang,
memerintahkan untuk segera bangun. Saya membuka mata saya tetapi terlalu silau
karena seperti ada sorotan lampu senter yang diarahkan kepada saya, orang
tersebut memaksa saya untuk segera bangun dan lalu saya diseret untuk masuk ke
dalam truk yang telah siap di luar pastori gereja kami. Saya bisa melihat pada
akhirnya, orang-orang yang memaksa saya untuk naik ke atas truk, beberapa orang
dengan pakaian perang lengkap layaknya tentara zaman ini. Saya tidak tahu
kemana saya akan dibawa namun saya mengetahui arah mana truk tersebut melaju.
Truk tersebut melaju ke arah Denpasar.
Setelah sekian lama akhirnya saya mendengar kami semua
diperintahkan untuk segera turun dari truk. Saya segera turun dan segera tahu
di mana saya berada, ketika itu saya ada di sebuah gedung yang berada di daerah
Jl. Sudirman, Denpasar.
Saya melihat antrian yang sangat panjang, banyak sekali orang
yang antri. Setelah sekian lama akhirnya posisi antrian saya semakin dekat
dengan ujungnya. Di ujung antrian ini saya melihat sebuah meja besar dan
beberapa orang yang sedang duduk di depannya mendata dan menanyai orang orang
yang sedang mengantri itu, semakin dekat posisi saya, akhirnya saya mampu
mendengar apa yang menjadi pertanyaan orang-orang tersebut.
Ada 2 pertanyaan yang diajukan orang tersebut, pertama
mengenai data diri orang yang diajukan pertanyaan, yang kedua “Apa kamu mau
menerima pemimpin kami sebagai TUHAN?“ Ada yang mau menerima dan langsung
menerima cap RFID 666 di tangan ataupun di dahi. Adapula yang tidak mau dan langsung
ditembak dahinya di tempat dan mayatnya diseret keluar lalu dibuang layaknya
sampah. Tiba juga giliran saya, setelah saya didata dan saya ditanyai, jawaban
saya, saya tidak mau dan lalu saya ditembak di dahi saya.
Keanehan terjadi setelah saya tertembak, saya terbangun dan
saya berada di kamar saya kembali, namun kali ini ketika terbangun saya melihat
di samping saya ada sesosok seperti manusia. Berpakaian putih yang teramat
bersih, baju zirah dari emas, layaknya tentara romawi jaman dulu. Membawa
pedang yang masih tersarungkan, rambutnya ikal, matanya layaknya manusia namun
di tengah-tengahnya ada nyala api yang sangat tajam. Saya diajaknya bangun lalu
diajaknya berjalan keluar, saya tidak melihat satupun orang yang saya kenal.
Saya diajak keluar dan saya melihat jalan-jalan aspal sudah terbelah dan saya
melongok ke bawah, saya melihat banyak jiwa yang berteriak-teriak minta tolong.
Sungai dari lava yang terlihat sangat panas. Saat berjalan
bersama sosok tersebut saya melihat ada beberapa orang dari bawah itu memanjat
naik, ada yang hampir keluar, ketika tangannya sudah menyentuh atas, ada sebuah
kail yang sangat besar terlempar dari bawah lalu menancap ke tubuh, kepala,
pundak, dan ditariknya kembali orang tersebut ke bawah untuk kembali disiksa.
Setelah sekian lama saya diajak berjalan dan melihat
pemandangan mengerikan seperti itu, saya dibawanya naik, terus sampai pada satu
tingkatan dimana saya melihat seperti di dalam hutan. Hutan itu tidak seperti
selayaknya hutan yang mengerikan, namun hutan tersebut terlihat begitu indah
dan menyenangkan. Banyak orang disana bercengkerama, makan, minum, dan memuji
TUHAN. Ada sebuah sungai yang cukup deras dan indah. Banyak batu, banyak air namun
tidak dalam, ikan-ikan berlompatan.
Saya terus diajak berjalan oleh sosok ini dan terus dibawanya
naik, sampailah pada tingkatan selanjutnya saya berada di depan sebuah
pelataran yang sangat besar, setengah lingkaran dengan pilar-pilar yang besar
dan banyak tentara yang berjaga. Saya melihat sebuah bangunan yang besar di
tengah-tengah. Saya berjalan dan mendekat ke bangunan tersebut, ada sebuah
pintu yang amat besar dan dibuka oleh 2 orang.
Saya masuk ke dalam bangunan tersebut saya melihat 6 kursi di
sebelah kanan, 6 kursi di sebelah kiri, dan sebuah Takhta besar di
tengah-tengah. Bau di dalam bangunan tersebut seperti bau bakaran yang sering
dibakar oleh anak-anak penari sewaktu penyembahan.
Ketika saya di tengah, saya melihat 6 orang keluar di kanan
dan di kiri saya. Wajahnya bersinar layaknya lampu dengan baju yang putih,
teramat putih seperti tidak ada baju warna putih yang mampu menyamainya.
Terlihat sangat indah. Setelah ke-12 orang tersebut sampai pada tempat duduknya
mereka bernyanyi dalam bahasa yang tidak saya mengerti artinya namun saya
seperti pernah mendengarnya (kemudian saya diberitahukan bahwa itu merupakan
bahasa Ibrani ).
Ketika mereka bernyanyi maka keluarlah sesosok seperti
manusia, namun saya tidak mampu melihat wajahnya, terlalu terang bahkan lebih
terang dari sinar matahari, badannya pun mengeluarkan cahaya yang teramat
terang. Setelah sosok tersebut sampai di Takhta-Nya, sosok tersebut
memerintahkan semua untuk duduk.
Setelah duduk, Dia berkata kepada saya, “Adit, Adit“, saya
menjawab, “Iya saya.“ Dia berkata, “Waktu-Ku akan segera tiba, perbaiki hati,
jaga hati, jaga kekudusan, jangan malas, dan jangan bodoh. Sampaikan kepada
semua orang mengenai apa yang Aku katakan.“ Saya jawab, “Baik, akan saya
sampaikan.“ Lalu sosok itupun pergi, dan diikuti ke-12 orang di samping saya.
Setelah itu semua, saya diajak pergi oleh sosok pertama yang
mengajak saya pergi, dibawanya saya keluar, terus berjalan kembali ke kamar
dimana saya tidur. Lalu saya tertidur kembali. Saya terbangun dan semua kembali
seperti keadaan semula.
Rabu, 3 Feb 2016
Saya sedang bekerja dan baru pulang dari wilayah Nusa Dua,
langsung menuju kantin untuk makan siang. Setelah makan saya menuju ke atas, ke
meja kerja saya untuk beristirahat. Ketika sampai saya duduk lalu senderan di
kursi.
Saya tiba-tiba terbangun, namun tidak berada di meja saya
kerja, saya terbangun di tengah-tengah padang rumput dan saya melihat ada jalan
setapak, saya ikuti dengan mata saya dan saya melihat gedung besar yang pertama
saya saksikan, saya masuk ke sana. Saya menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat
siapa ada di sana bersama saya, lalu saya merasa ada yang memeluk saya dan
bertanya, “Hai anak-Ku, bagaimana kabarmu? " Saya menoleh dan saya
langsung memeluknya. Saya tahu itu Yesus, karena dalam hati saya saya merasa
seperti diguyur oleh air dingin pada hari yang sangat panas. Kami ngobrol
tentang apapun, saya peluk Dia erat-erat, tidak mau melepaskannya, lalu Dia
berkata pada saya, “Lihatlah ke atas, mampukah engkau menghitung banyaknya
bintang di langit itu?“ Lalu saya menjawab, saya tidak mampu TUHAN, Dia berkata
pada saya, “Sama seperti banyaknya bintang di langit, sebanyak itulah kasihKU
padamu, besarnya kasihKU pada semua orang.“ Saya memandang wajah-Nya dan
memeluknya lebih erat.
Lalu Ia mengajak saya pergi dari sana, di jalan kami bercanda,
berbicara, ngobrol mengenai banyak hal. Setelah sekian lama, saya sampai di
bangunan tersebut saya diiajaknya masuk. Lalu dibawanya saya berjalan melaui
lorong di belakang ke 6 kursi di sebelah kanan, lalu sampailah saya di depan
sebuah pintu. Dibukanya pintu itu, lalu saya melihat ada sebuah meja yang
sangat indah dan di atasnya ada 2 buah cawan. Yang di kiri hampir-hampir penuh
sedangkan yang di kanan ¾ penuh. Saya bertanya pada TUHAN, “Apakah itu?“ TUHAN
jawab, “Yang di sebelah kiri adalah cawan kejahatan, sedangkan yang di kanan,
adalah cawan doa anak TUHAN.“ Lalu saya bertanya lagi, “Apa yang terjadi
apabila cawan itu luber?“ TUHAN menjawab, "Iblis punya hak untuk menuntut
nyawa anakKu, Aku akan seret anak-anak-Ku, Aku akan seret mereka agar mereka
terselamatkan.“ Lalu, “Jagalah hatimu, jaga kekudusanmu, jangan malas, dan
jangan bodoh.“ Lalu saya menangis sambil memeluk-Nya, Dia bawa saya keluar dan
kembali duduk di kursi yang pertama. Dia berkata kepada saya, “Sampai ketemu
lagi anak-Ku.“
Seketika itu saya terbangun, namun saya terbangun di kamar
UGD di salah satu klinik di Denpasar, saya akan diberi defribilator di dada
saya. Saya berteriak, bahwa saya tidak apa-apa, mengapa saya mau diberi
tindakan seperti itu. Teman saya yang berada di samping saya berkata bahwa saya
tidak bernafas lagi ketika di kantor duduk tertidur di meja saya, detak jantung
tidak ada lagi. Oleh karena itu saya dibawa ke sana.
Saya menceritakan apa yang saya alami, mereka hanya
manggut-manggut sembari bilang bahwa saya bermimpi. Lalu saya kembali ke kantor
dan bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar