Translate

Minggu, 27 Desember 2015

KESAKSIAN SURGA DARI HELENA RITAULI


Helena pernah mengunjungi sorga ketika dia dioperasi kemudian dia bertemu dengan Tuhan tetapi tiba-tiba dia dikembalikan ke dunia lagi sebab operasinya sudah selesai, Helena protes berjam-jam mengapa dia dibangunkan, dia sebenarnya ingin tinggal di sana selamanya.





Shallom, nama saya Helena Ritauli Hutabarat. Usia saya 40 tahun . Disini saya akan menceritakan apa yang telah saya alami beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya dioperasi dikarenakan masalah pencernaan, mulai dari usus, operasi polyposis. Operasinya sendiri dimulai pukul 13.30 WIB sampai 20.30 WIB. Operasinya berjalan selama 9 jam. Selama operasi itu saya mengalami suatu pengalaman yang benar-benar luar biasa buat hidup saya. Banyak mengubahkan hidup saya.

Ketika operasi berlangsung, sampailah saya ke suatu tempat seperti taman. Taman itu begitu indah. Saya melihat taman itu … cahayanya terang … terang … tapi tidak menyilaukan. Terang tapi tidak panas. Saya merasakan sinar itu begitu teduh. Saya tidak melihat adanya matahari. Saya tidak melihat sumber cahaya dalam bentuk apapun, tapi terang. Lalu saya melihat ada orang-orang yang berbaju putih, lebih tepatnya berbentuk jubah. Wajah dan baju mereka bersinar. Lalu mereka menoleh kepada saya dan tersenyum. Saya merasa dengan tatapan mata mereka ketika menoleh dan senyuman itu seolah-olah mereka menyambut saya. Memang mereka tidak berkata-kata apapun. Lalu mereka mengulurkan tangannya dan menggandenga saya.

Dihadapan saya terbentang sebuah sungai. Sungai itu kelihatan begitu indah. Airnya sangat jernih. Saya melihat di-pinggir-pinggir-nya itu banyak tanaman-tanaman. Lalu orang yang menggandenga saya mengajak saya berjalan-jalan menyusuri sungai tersebut. Disepanjang jalan menyusuri sungai tersebut saya melihat beberapa orang juga yang masuk kedalam sungai itu. Didalam sungai itu saya melihat orang-orang yang bersuka cita. Ada yang sampai merendam. Berendam sampai memasukkan kepalanya kedalam lama sekali, tidak keluar-keluar, tapi mereka tidak merasa kehabisan nafas atau sesak atau tersengal-sengal. Mereka terlihat sangat menikmati berada didalam air itu. Dan saya melihat beberapa orang tangannya terangkat keatas [orang-orang yang masuk kedalam sungai itu] seperti memuji / memuliakan Tuhan, menyembah. Mereka begitu bersuka cita menikmati berada didalam sungai itu.

Didalam sungai itu saya bisa melihatdari ujung kepala mereka sampai ke dasar tempat mereka berpijak. Saya bisa melihat kaki mereka … kaki mereka … karena begitu jernihnya … begitu jelasnya sehingga saya bisa melihat kaki mereka didalam air.
Lalu saya melihat disepanjang sungai itu ada pohon-pohon. Saya melihat pohon-pohon yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Pohon itu sempurna. Tanaman [pohon] itu mengeluarkan buah dan warna-warnanya juga sempurna. Saya melihat daun demi daun itu juga tidak ada yang mempunyai warna-warna yang sepertinya busuk, kering atau layu. Semuanya begitu sempurna, hijau, akan tetapi hijaunya juga indah. Saya melihat pohon itu juga berkilat .. bersih … Begitu juga dengan buah-buahnya.

Lalu ketika saya menikmati perjalanan saya sampailah dihadapan saya ada sebuah jembatan terbentang. Dan saya melihat jembatan itu seperti terbuat dari emas. Warnanya juga berkilau. Saya melihat pegangan yang ada di jembatan itu seperti dihiasi oleh batu-batu permata. Semuanya mengeluarkan cahaya. Saya melihat kilau emas yang belum pernah saya lihat sebelumnya seperti emas yang bening, bisa tembus pandang, tapi juga warna emas. Sangat indah. Lebih indah dari emas-emas yang pernah saya lihat sebelumnya.

Lalu saya diajak untuk menyeberangi jembatan itu. Saya masih tetap digandeng. Saya diajak berjalan menuju ke seberang. Ketika saya sampai di seberang, saya dipertemukan dengan suatu Sosok Pribadi yang tertutup cahaya. CahayaNya begitu bersinar. Sinarnya jauh melebihi orang-orang yang menggandeng dan mengajak saya berjalan-jalan. Cahayanya sangat terang benderang. Saking terangnya saya merasa … dan dari situ saya tahu bahwa … ternyata suasana terang itu berasal dari sumber cahaya yang ada dihadapan saya … yang melingkupi sesosok Pribadi itu. Saking terangnya sehingga saya tidak bisa melihat pribadi yang ada dibalik cahaya itu.

Tapi memang hanya sampai disitu. Kemudian saya merasakan sepertinya roh saya, jiwa saya itu seperti tiba-tiba ditarik … seperti tarikan pusaran angin tornado yang menyedot saya … saya melewati begitu cepat seperti kilat … melewati suatu lorong yang mana saya ditarik kembali. Dan ketika saya ditarik itu, saya merasakan pipi saya dipukul-pukul … ditepuk-tepuk … lalu saya sadar. Saya mendapatkan diri saya ternyata ada di ruang operasi. Kemudian saya bilang sama orang-orang yang berada disekeliling saya … dan yang menepuk-nepuk pipi saya, “Saya dimana … saya dimana ? Kenapa saya bisa ada disini ?” Saya protes karena saya tadi sudah mengalami sukacita. Saya sudah senang disitu. Saya tidak ingin kembali. Saya bilang, “Kenapa saya dibawa kesini kembali ? Saya tadi sudah ada di taman.” Lalu perawat dan dokter-dokter tim bedah yang tadi menangani saya berkata, “Ini di Rumah Sakit. Kamu di RS. Kamu sudah waktunya untuk sadar.” Kemudian saya baru sadar bahwa saya berada di ruang operasi. Sekitar selama dua jam itu saya protes terus karena saya tidak mau kembali. Saya tidak mau kembali sampai orang tua saya menangisi saya. Mereka berkata, “Nak, kami masih mau kamu bersama-sama dengan kami.” Lalu mereka bilang, “Jangan pergi dulu, ini mami, papi … masih ingin kamu tetap bersama-sama dengan kami. Kamu memang sudah Tuhan kembalikan untuk kami lagi. Jangan pergi secepat itu.”


—– Demikian kesaksian Helena …


Tidak ada komentar: