Kerudung yang Terkoyak oleh Gulshan
Fatima
The Torn Veil
JUDUL ASLI : THE TORN VEIL
Diterbitkan oleh : Marshalls Paperbacks, Marshall Morgan & Scott
Diceriterakan kepada Thelma Sangster dengan penterjemah Noble Din
Kisah tentang Sister Gulshan Esther (Gulshan Fatima), seorang keturunan langsung
Muhammad melalui putrinya Fatima.
Diterbitkan oleh : Marshalls Paperbacks, Marshall Morgan & Scott
Diceriterakan kepada Thelma Sangster dengan penterjemah Noble Din
Kisah tentang Sister Gulshan Esther (Gulshan Fatima), seorang keturunan langsung
Muhammad melalui putrinya Fatima.
Ke Mekah
Dalam keadaan yang biasa, tidak akan terbit keinginan dalam hatiku untuk mengunjungi Inggris pada musim semi tahun 1966 itu. Saya Gulshan Fatima, yang adalah puteri bungsu dari sebuah keluarga Islam Sayed yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad melalui puterinya Fatima. sepanjang masa hidupku selama ini menjalani suatu kehidupan yang sunyi dan tersendiri di dalam sebuah rumah di Punjab, Pakistan. Keadaanku seperti ini bukanlah merupakan satu-satunya alasan kenapa saya dibesarkan di bagian rumah yang terpisah (purdah) sejak berusia 7 tahun, menaati ajaran Islam Shiah orthodoks, tapi juga karena saya adalah sorang yang lumpuh dan bahkan tidak sanggup meninggalkan kamarku sendiri tanpa dibantu. Saya mengenakan kerudung untuk menutupi wajahku dari pandangan para pria, karena hal ini hanya diperbolehkan bagi kaum keluargaku yang dekat misalnya ayah, kedua kakak lelaki dan pamanku.
Dalam keadaan yang biasa, tidak akan terbit keinginan dalam hatiku untuk mengunjungi Inggris pada musim semi tahun 1966 itu. Saya Gulshan Fatima, yang adalah puteri bungsu dari sebuah keluarga Islam Sayed yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad melalui puterinya Fatima. sepanjang masa hidupku selama ini menjalani suatu kehidupan yang sunyi dan tersendiri di dalam sebuah rumah di Punjab, Pakistan. Keadaanku seperti ini bukanlah merupakan satu-satunya alasan kenapa saya dibesarkan di bagian rumah yang terpisah (purdah) sejak berusia 7 tahun, menaati ajaran Islam Shiah orthodoks, tapi juga karena saya adalah sorang yang lumpuh dan bahkan tidak sanggup meninggalkan kamarku sendiri tanpa dibantu. Saya mengenakan kerudung untuk menutupi wajahku dari pandangan para pria, karena hal ini hanya diperbolehkan bagi kaum keluargaku yang dekat misalnya ayah, kedua kakak lelaki dan pamanku.
Bagian terlama dari masa 14
tahun pertama waktu awal hidupku yang suram, dibatasi oleh dinding-dinding yang
mengelilingi halaman rumah kami yang luas di Jhang, kirakira 450 km (250 mil)
dari Lahore dan dinding-dinding ini merupakan batas-batas gerak dan pandangan
bagiku.
Ayahlah yang membawa aku ke Inggris - beliau sendiri memandang rendah orang-orang Inggris karena mereka menyembah tiga allah dan bukannya Allah Yang Maha Esa. Malah beliau tidak memperbolehkan saya mempelajari bahasa kafir itu waktu saya diajar oleh guruku Razia, karena takut jangan sampai saya tercemar oleh dosa dan dapat menjauhkan saya dari iman kepercayaan kami.
Doa Pagi
Saya terus berdoa menurut cara ini kepada Nabi ini, Isa, sampai akan ada terang yang diberikan lagi padaku. Sebagaimana biasanya, jam 03.00 pagi saya sudah terbangun dan sedang duduk-duduk di tempat tidurku membacakan ayat-ayat yang telah kuhapal sambil mengucapkan ayat-ayat itu hatiku telah menaikkan serangkaian doa: " Oh Isa anak Mariam, sembuhkanlah saya".
Saya terus berdoa menurut cara ini kepada Nabi ini, Isa, sampai akan ada terang yang diberikan lagi padaku. Sebagaimana biasanya, jam 03.00 pagi saya sudah terbangun dan sedang duduk-duduk di tempat tidurku membacakan ayat-ayat yang telah kuhapal sambil mengucapkan ayat-ayat itu hatiku telah menaikkan serangkaian doa: " Oh Isa anak Mariam, sembuhkanlah saya".
Lalu dengan tiba-tiba saya
berhenti dengan lantang saya berkata agak keras sebagai cetusan perasaanku yang
selama ini telah terdorong masuk ke dalam pikiranku:
" Saya telah melakukan
hal ini sebegitu lama tapi toh masih saja lumpuh. Saya dapat mendengar
gerakan-gerakan perlahan dari seseorang yang sedang bangun untuk mempersiapkan
air sembahyang subuh. Tidak lama lagi Bibi akan masuk menjengukku. Walalupun
saya telah mencetuskan pernyataan itu, namun pikiranku terpusatkan pada suatu
kedaan yang mendesak terhadap permasalahanku "Kenapa saya belum juga
disembuhkan, walaupun saya telah berdoa selama 3 tahun?. "Lihat, Engkau
hidup di surga, dan dalam Alquran difirmankan bahwa: Engkau yang telah
menyembuhkan orang-orang, Engkau dapat menyembuhkan saya, tapi toh saya masih
lumpuh sepeerti sediakala, kenapa tidak ada jawaban kecuali keheningan yang
membatu di dalam kamar yang mengolok- olokan doaku. Saya menyebut lagi namanya
dengan putus asa mengadukan masalahku.
Masih tidak ada jawaban,
kemudian sambil gemetar menahan kesakitan saya mengeluh ; "JIKA ENGKAU
SANGGUP, SEMBUHKANLAH SAYA - JIKA TIDAK KATAKANLAH!, SAYA TIDAK AKAN
MELANJUTKAN PERJALANAN MELALUI PERJALANAN INI LAGI!.
Apa yang terjadi berikutnya
merupakan sesuatu yang sulit bagiku untuk melukiskannya dengan kata-kata. Saya
menyadari bahwa seluruh ruangan itu penuh dengan cahaya. Mula-mula saya mengira
bahwa mungkin cahaya itu datang dari lampu baca di samping tempat tidurku, lalu
kulihat bahwa cahaya lampu itu kabur, apakah itu sinar fajar. Masih terlalu
pagi untuk itu. Cahaya tersebut makin bertambah sinarnya makin terang sehingga
melebih terangnya siang hari. Saya menutup wajahku dengan syal, saya sangat
ketakutan. Lalu terpikir olehku jangan-jangan, si tukang kebun menyalakan lampu
di luar untuk menyoroti pepohonan. Kadang-kadang hal itu dilakukannya dengan
maksud mencegah pencuri-pencuri ketika buah-buah mangga sedang masak atau untuk
mengawasi penyiraman dikala sejuk malam.
Saya mengeluarkan wajahku
dari syal untuk melihat-lihat. Tapi pintu-pintu dan jendela- jendela tertutup
rapat dengan tirai-tirai dan alat penutupnya dengan baik, kemudian saya
menyadari kehadiran sosok-sosok tubuh yang mengenakan jubah panjang, berdiri di
tengah-tengah cahaya itu beberapa meter jauhnya dari tempat tidurku. Ada 12
sosok tubuh disitu berbaris namun sosok tubuh di tengah yang ke-13 yang lebih
besar dan lebih bercahaya dibandingkan dengan yang lain.
"Ya Allah",
teriakku dengan keringat mengalir di dahiku. Saya menundukkan kepala dan
berdoa," Ya Allah siapakah gerangan orang-orang ini dan dengan cara
bagaimana mereka dapat memasuki kamarku sedangkan semua jendela dan pintu
terkunci rapat?"
Tiba-tiba suatu suara berkata
:"Bangkitlah, inilah jalan yang telah engkau cari-cari. Akulah Isa (Yesus)
anak Mariam, kepada siapa engkau telah berdoa dan kini Aku berdiri di
depanmu". "Berdirilah engkau dan datanglah kepadaKu". Saya mulai
menangis, "Oh Yesus, saya seorang yang lumpuh, saya tidak dapat berdiri.
Ia berkata, "Berdirilah dan datanglah kepadaKu, Akulah Yesus". Ketika
saya masih sangsi Ia mengatakannya untuk kedua kalinya. Lalu, karena saya masih
ragu-ragu Ia mengatakannya untuk
ketiga kalinya,"BERDIRILAH!".
ketiga kalinya,"BERDIRILAH!".
Dan saya, Gulshan Fatima,
yang telah lumpuh di tempat tidurku selama 19 tahun, merasakan kekuatan baru
mengalir masuk ke dalam tungaki-tungkai dan lengan-lenganku selama ini tidak
berfungsi sama sekali. Saya menaruh kakiku ke lantai dan berdiri kemudian saya
mengambil beberapa langkah dan jatuh pada kaki dari visi tersebut. Saya sedang
mandi di dalam cahaya yang sangat murni dan sinarnya sama terang dengan
gabungan cahaya matahari dan bulan. Cahaya itu mengalir masuk ke dalam hatiku
dan ke dalam pikiranku, lalu banyak hal yang menjadi jelas bagiku pada saat itu
juga.
Yesus menumpangkan
tangannya ke atas kepalaku dan saya melihat sebuah lobang di tangannya darimana
sebuah sinar masuk memancar ke pakaianku sehingga bajuku yang berwarna hijau
itu sampai berwarna putih. Ia bersabda:
" Akulah Yesus. Akulah
Immanuel, Akulah jalan kebenaran dan hidup, Aku hidup dan Aku akan datang
segera. Lihatlah, mulai dari sekarang apa yang kau lihat haruslah kau saksikan
kepada umatKu, UmatKu adalah umatmu dan engkau harus tetap setia menyaksikan
terhadap umatKu. Ia berkata:"Sekarang engkau harus menjaga agar jubah dan
tubuhmu ini tidak bernoda. Kemanapun engkau pergi, Aku akan menyertaimu dan
sejak hari ini hendaklah engkau berdoa demikian : Bapa kami yang ada dalam
surga, dipermuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di
bumi seperti di dalam surga, berikanlah pada hari ini makanan kami yang
secukupnya tiap hari dan ampunilah kesalahan-kesalahan kami sebagaimana kami
juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, dan janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat, karena Engkaulah
yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama -lamanya,
Amin".
Ia menyuruh saya
mengulang-ulang doa itu sampai benar-benar masuk tenggelam ke dalam hati
sanubariku. Doa itu dalam keindahannya yang sangat mendalam begitu berbeda
dengan doa-doa yang telah saya pelajari untuk dipanjatkan, sejak masa kanak-
kanakku sampai sekarang ini. Allah dipanggil, "Bapa", itulah satu
sebutan yang begitu erat menggengam di dalam hatiku yang dapat mengisi
kekosongannya. Saya ingin untuk dapat tetap tinggal di sana, di kaki Yesus
mengucapkan doa yang menyebut nama baru bagi Allah - "Bapa kami",
tetapi visi Yesus lebih lanjut mengatakan padaku: "Bacalah lebih lanjut
dalam Al-Quran, Aku Hidup dan akan segera datang." Hal ini telah diajarkan
kepadaku dan mendengar ini timbul kepercayaan di dalam diriku terhadap apa yang
telah saya dengar, banyak lagi yang dikatakan Yesus. Saya begitu penuh dengan
sukacita yang tidak dapat dilukiskan, saya melihat ke tangan dan ke kakiku,
sudah ada daging disitu. Tanganku belum sempurna, namun begitu terasa ada
kekuatan dan tidak lagi lunglai dan tidak berguna. "Kenapa Engkau tidak
sembuhkan saya sampai sempurna?" tanyaku. JawabanNya datang dengan penuh
kasih :"Aku mau kau menjadi saksiKu". Sosok-sosok tubuh itu lalu naik
dari pandanganku, makin lama makin lenyap.
Saya berkeinginan agar
Yesus tinggal lebih lama lagi. Lalu saya menangis tersedu-sedu, kemudian cahaya
itu lenyap dan saya tinggal sendirian berdiri di tengah-tengah kamarku
mengenakan sebuah jubah putih dan mataku terasa berat karena cahaya yang
mempesonakan itu. Sekarang malah cahaya lampu yang ada di sisi tempat tidurku
rasanya menyakitkan mataku dan alis mataku terasa sangat berat menekan di
atasnya, saya mencari-cari di dalam laci sebuah rak yang diletakkan rapat ke
dinding. Di dalamnya saya menemukan sepasang kaca mata hitam yang biasa kupakai
di halaman. Saya mengenakannya dan dapat membuka mataku serta dapat melihat lebih
enak, dengan berhati-hati saya menutup laci lalu berpaling dan memandang
sekeliling kamarku. Sama saja keadaanku seperti ketika saya baru bangun tidur.
Jam masih berdetik di atas meja di samping tempat tidurku menunjukkan waktu
hampir jam 04.00 pagi.
Pintu terkunci rapat begitu
juga jendela-jendela dengan tirai-tirainya masih tertutup seluruhnya terhadap
hawa dingin, bagaimanapun saya belum membayangkan tentang kejadian itu karena
buktinya kumiliki di dalam tubuhku. Saya melakukan beberapa langkah lalu
beberapa lagi. Saya berjalan dari dinding ke dinding, ke atas dan ke bawah
lagi. Tidak salah lagi, anggota-anggota tubuhku telah sehat sempurna pada sisi
yang sebelumnya lumpuh.
Catatan
Saya dapat melihat bahwa perjalanan ibadah haji yang saya laksanakan bersama
ayahku merupakan awal kerinduan jiwaku untuk mengenal Allah. Proses ini
menimbulkan harapan, yang walaupun masih mengecewakan waktu di Mekkah, telah
memberikan dorongan dalam diriku terutama sesudah kematian ayahku untuk mencari
Allah dalam suatu dorongan perasaan yang kuat dan mendesak serta nekad. Saya
menadahkan tanganku memohon kepada Yesus si Penyembuh - tanpa mengetahui
apa-apa tentang Dia, kecuali sedikit yang saya baca di dalam Al Qur-an - dan
saya disembuhkanNya. Sekarang, saya adalah seoran saksi tentang Kuasa Allah
untuk mecapai saudara-saudaraku dan orang-orang yang tersembunyi di belakang
kerudung Islam. Kerudung itu dapat dikoyakkan sehingga meraka dapat memandang
Yesus, mendengarkanNya dan mencintaiNya. Sekarang ini saya tidak memerlukan
lagi ke lima rukun Islam untuk menopang Imanku. "Kesaksian" ku ialah
untuk Yesus, yang disalibkan, mati dan dikuburkan kemudian bangkit dari antara
orang mati kedalam Hidup Yang Kekal dan kini hidup di dalam UmatNya.
Sembahyang (Namaz)ku tidak
lagi kepada satu Allah yang tidak dapat saya kenal tetapi kepada Satu
ceriteraNya dapat saya baca didalam FirmanNya sendiri, Alkitab hartaku yang
paling berharga, yang ditulis didalam loh hati dan pikiranku, sebagaimana
dulunya Al Qur-an bagiku.
Persembahan (Zakat)ku tidak
lagi merupakan sesuatu bagian melainkan adalah seluruh pendapatanku, karena
segala sesuatu yang saya miliki adalah milik Allah. Kekayaanku disimpan di atas
di surga. Pusakaku tidak saya lakukan pada bulan Ramadhan untuk mendamaikan
hatiku dengan Allah sehingga saya mungkin mendapatkan keyakinan untuk ke Surga,
namun saya lakukan dengan sukacita sehingga saya lebih dapat mengenalNya.
Ibadah Haji-ku ialah perjalanan sepanjang hidup ini. Tiap hari
membawa saya makin dekat kepada tujuan - untuk bersama Yesus, Raja Surgawi-ku
selamanya. Darah sapi, domba atau kambing tidak akan pernah dapat menghapuskan
dosa, tapi kita dapat masuk ke dalam tempat Yang Maha Kudus dan diterima secara
sempurna melalui satu jalan dan hidup yang baru, "Melalui Kerudung
itu" ialah: DagingNya. Karena Pribadi ini (Yesus) ketika Ia Membawakan
Satu Pengorbanan bagi dosa untuk selama-lamanya, duduk di sebelah kanan Allah
Bapa (Ibrani 10:12). Itulah YESUS, ANAK DOMBA ALLAH, NABI dan IMAM, RAJA segala
RAJA, Tuhanku dan Allahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar