KISAH SEORANG MARTIR DARI IRAN
Kesaksian MEHDI DIBAJ
Heavenly Man - Mehdi Dibaj - شهید مهدی دیباج
Iranian Testimony
Filipi 3:7 - Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Pendeta Mehdi Dibaj dari Iran telah dipanggil menghadapi
pengadilan. Di pengadilan itu, dia diberikan kesempatan untuk membela dirinya
dan menjelaskan mengapa dia telah berpindah dari agama lain menjadi pemeluk
agama Kristian. Semua mata tertuju kepadanya ketika dia memberikan jawabannya.
Adapun jawabannya sebagai berikut : “Orang memilih agama,
tetapi seorang Kristian dipilih oleh Saidina Isa Alaihisalam. Menjadi seorang
Kristian berarti menjadi milik Al-Masih. Baginda memintaku untuk meninggalkan
kehidupan lamaku dan mengikut-Nya dengan taat-setia. Sekalipun itu berarti saya
harus dibenci oleh dunia dan juga tubuh saya harus binasa. Saya tahu pasti bahwa
Tuhan Yang Maha Kuasa beserta dengan saya.
“Saya berada di dalam tangan Tuhan. Selama 45 tahun saya
berjalan di dalam mukjizat Tuhan dan kasih karunia-Nya telah melindungi saya.
Tuhan Daniel, yang melindungi Daniel dan teman-temannya juga akan menyertai
saya selama di penjara. Tuhan akan menyatakan kebaikan dan kasih-Nya melalui
siksaan yang akan saya alami.
“Dari semua nabi-nabi yang ada, hanya Rabboni Isa yang
bangkit dari antara orang mati dan Dia tetap tinggal di dalam hati kita, lewati
Rohul Kudus Baginda. Saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan-Nya. Bagi
saya, hidup itu adalah sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dan kematian itu
suatu kesempatan yang berharga untuk berkumpul kembali bersama dengan Baginda.”
Mehdi Dibaj dan keluarganya percaya kepada Saidina Rabboni
Isa Al-Masih dan telah menjadi orang Kristian. Dia menterjemahkan buku-buku
rohani dan siaran radio rohani ke dalam bahasa Parsi, yang banyak digunakan
oleh orang Iran. Dia ditangkap pada tahun 1985 dan dituduh mengingkari agama
yang pertama kali dianutinya. Dia dijatuhi hukuman mati atas ‘pelanggaran’
tersebut.
Di Iran, umat Kristiani yang baru bertobat biasanya mengalami
tekanan yang keras ditangan orang Muslim. Beberapa di antara mereka bahkan
mengalami penganiayaan, penyiksaan dan pembantaian. Dia sendiri telah
dimasukkan ke dalam sebuah lubang selama dua tahun di mana dia tidak dapat
menjulurkan kakinya. Seringkali dia mengalami kram di sebahagian tubuhnya.
Ketika dia dipenjara, istrinya dipaksa untuk menikah dengan seorang pemeluk
‘agama lain.’
Ketika Dibaj menolak dengan tegas untuk menyangkali imannya,
dia dijatuhi hukuman mati. Satu bulan kemudian dia dibebaskan karena adanya
tekanan dari pihak Internasional. Beberapa saat setelah dibebaskan, dia
ditemukan meninggal dunia dalam taman. Insiden ini diyakini dilakukan oleh
pemimpin ‘agama lain’ yang tidak senang terhadap Saudara Mehdi Dibaj.
Ketika Mehdi Dibaj dipenjarakan, keempat anaknya dipelihara
oleh seorang pendeta yang bernama Mohammed Ravanbakhsh. Dua tahun setelah
kematian Dibaj, Ravanbakhsh juga menjadi martir (syahid). Dia telah digantung
di sebuah pohon di hutan dekat Ghaem-Shahr. Walaupun kehilangan ayahnya,
keempat anak tersebut tetap percaya kepada Saidina Rabboni Isa.
Yohanes 15:16 - Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan
buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam
nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, Sekarang
kuanggap rugi karena Al-Masih. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Al-Masih Isa, Junjunganku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampa, Supaya
aku memperoleh Baginda. - Filipi 1:7 – 8
Kisah Benar ini dikutip daripada Buku ‘Batu-Batu Tersembunyi
: Kisah Para Martir (Syahid) Sepanjang Abad’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar