cukup banyak Gereja masih memberikan larangan
yang keras terhadap makan darah dan makan makanan yang telah dipersembahkan
kepada berhala. Apakah hal tersebut benar adanya? Mari kita melihat beberapa
bagian Alkitab mengenai hal tersebut.
Kis. 15:20
"Tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah."
Bagian ayat di atas merupakan ayat yang seringkali dikutip seorang pengkhotbah dalam mengajarkan larangan untuk memakan persembahan yang telah dicemari oleh berhala. Larangan tersebut memiliki suatu pengaruh yang besar hingga zaman Gereja masa kini, mungkin sekali dikarenakan larangan tersebut berasal dari sidang sinode Gereja mula-mula yang pertama kali. Hal tersebut diperkuat juga oleh ayat 29 dari Kis. pasal 15.
Kis. 15:29
"kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."
Tetapi, beberapa bagian dalam Alkitab juga menyatakan bahwa tidak ada makanan yang haram. Paulus mengatakannya dalam 1 Kor. 10:23, 27-28 (Menurut saya ketiga ayat ini mungkin yang paling eksplisit).
23 "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Ayat ini, merupakan ayat yang paling mudah dimengerti dan dapat menjadi prinsip makanan yang universal bagi setiap orang Kristen. Yaitu kebebasan untuk makan dan minum apa pun bagi setiap orang Kristen. Paulus dalam hal ini, tidak menekankan haram dan halalnya makanan seperti yang tercantum dalam hukum peribadatan Taurat, tetapi menekankan tujuan daripada makan dan minum itu sendiri, yaitu “harus berguna”. Apakah hal tersebut juga termasuk dalam konteks memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala? Ayat 27-28 menjelaskannya.
27 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
28 Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Ayat 27 menjelaskan kepada kita, sebenarnya tidak haram untuk memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala! Tetapi ayat 28 menjelaskan kepada kita, janganlah kita makan apabila ada seseorang yang mengatakan kepada kita bahwa, “Itu adalah persembahan berhala!” Mengapa? “Karena keberatan-keberatan hati nurani seseorang tersebut.” Jelas sekali, dalam dua ayat ini, Paulus tidak mengajarkan suatu hal yang bertentangan dengan ayat 23, yaitu bahwa “segala sesuatu diperbolehkan, tetapi tidak segala sesuatu berguna.” Ia melarang jemaat Korintus untuk memakan makanan persembahan berhala tersebut, karena tujuan kegunaan, yaitu supaya tidak mengganggu hati nurani dari saudara-saudara disekitarnya. Perhatikan, ia tidak melarang karena makan makanan persembahan berhala itu haram!
Memang konteks seperti itu sulit ditemui di zaman sekarang. Karena pada zaman itu, Gereja terdiri dari orang-orang Yahudi yang melakukan Taurat, dan orang-orang non-Yahudi yang bahkan tidak mengenal Taurat (kebanyakan orang Yunani). Orang-orang Yahudi yang telah mengenal Taurat pada saat itu, sangat tidak terbiasa dengan makanan-makanan yang haram menurut Taurat (mereka dari kecil telah di didik untuk tidak makan makanan tersebut), apalagi makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Maka, sulit sekali untuk merubah paradigma orang Yahudi yang sudah sedemikian jijik akan makanan-makanan yang diharamkan Taurat.
Melalui konteks tersebut, apa yang dituntut Paulus dari Gereja di kota Korintus menjadi jelas, yaitu bukan untuk mengharamkan makanan-makanan tertentu dan kembali ke zaman Taurat, melainkan untuk menjadi dewasa dalam iman, sehingga memilih untuk tidak menjadi batu sandungan yang menimbulkan perpecahan dengan kaum Yahudi yang baru percaya.
Kis. 15:20
"Tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah."
Bagian ayat di atas merupakan ayat yang seringkali dikutip seorang pengkhotbah dalam mengajarkan larangan untuk memakan persembahan yang telah dicemari oleh berhala. Larangan tersebut memiliki suatu pengaruh yang besar hingga zaman Gereja masa kini, mungkin sekali dikarenakan larangan tersebut berasal dari sidang sinode Gereja mula-mula yang pertama kali. Hal tersebut diperkuat juga oleh ayat 29 dari Kis. pasal 15.
Kis. 15:29
"kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."
Tetapi, beberapa bagian dalam Alkitab juga menyatakan bahwa tidak ada makanan yang haram. Paulus mengatakannya dalam 1 Kor. 10:23, 27-28 (Menurut saya ketiga ayat ini mungkin yang paling eksplisit).
23 "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Ayat ini, merupakan ayat yang paling mudah dimengerti dan dapat menjadi prinsip makanan yang universal bagi setiap orang Kristen. Yaitu kebebasan untuk makan dan minum apa pun bagi setiap orang Kristen. Paulus dalam hal ini, tidak menekankan haram dan halalnya makanan seperti yang tercantum dalam hukum peribadatan Taurat, tetapi menekankan tujuan daripada makan dan minum itu sendiri, yaitu “harus berguna”. Apakah hal tersebut juga termasuk dalam konteks memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala? Ayat 27-28 menjelaskannya.
27 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
28 Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Ayat 27 menjelaskan kepada kita, sebenarnya tidak haram untuk memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala! Tetapi ayat 28 menjelaskan kepada kita, janganlah kita makan apabila ada seseorang yang mengatakan kepada kita bahwa, “Itu adalah persembahan berhala!” Mengapa? “Karena keberatan-keberatan hati nurani seseorang tersebut.” Jelas sekali, dalam dua ayat ini, Paulus tidak mengajarkan suatu hal yang bertentangan dengan ayat 23, yaitu bahwa “segala sesuatu diperbolehkan, tetapi tidak segala sesuatu berguna.” Ia melarang jemaat Korintus untuk memakan makanan persembahan berhala tersebut, karena tujuan kegunaan, yaitu supaya tidak mengganggu hati nurani dari saudara-saudara disekitarnya. Perhatikan, ia tidak melarang karena makan makanan persembahan berhala itu haram!
Memang konteks seperti itu sulit ditemui di zaman sekarang. Karena pada zaman itu, Gereja terdiri dari orang-orang Yahudi yang melakukan Taurat, dan orang-orang non-Yahudi yang bahkan tidak mengenal Taurat (kebanyakan orang Yunani). Orang-orang Yahudi yang telah mengenal Taurat pada saat itu, sangat tidak terbiasa dengan makanan-makanan yang haram menurut Taurat (mereka dari kecil telah di didik untuk tidak makan makanan tersebut), apalagi makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Maka, sulit sekali untuk merubah paradigma orang Yahudi yang sudah sedemikian jijik akan makanan-makanan yang diharamkan Taurat.
Melalui konteks tersebut, apa yang dituntut Paulus dari Gereja di kota Korintus menjadi jelas, yaitu bukan untuk mengharamkan makanan-makanan tertentu dan kembali ke zaman Taurat, melainkan untuk menjadi dewasa dalam iman, sehingga memilih untuk tidak menjadi batu sandungan yang menimbulkan perpecahan dengan kaum Yahudi yang baru percaya.
Mungkin sebagian saudara berpikir, “Seharusnya Paulus mengajarkan orang-orang Yahudi itu dong untuk tidak lagi jijik terhadap makanan-makanan yang diharamkan Taurat, termasuk makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala?” Hal tersebut memang benar, tetapi banyak kesulitan untuk mencapai hal tersebut. Pertama, orang Yahudi telah dididik untuk mengharamkan makanan-makanan tertentu dari sejak kecil, seorang yang mengerti ilmu pendidikan akan memahami betapa sulitnya mengubah paradigma mereka.
Kedua, banyak juga orang-orang Yahudi yang baru percaya. Mereka yang baru percaya inilah yang sebenarnya menjadi titik tolak Paulus dalam menuntut jemaat Korintus untuk tidak makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala tersebut. Sebagai orang Kristen baru, tentu saja mereka belum dewasa dalam iman, dan Paulus mengharapkan, jemaat Korintus yang telah lama mengikut Kristus harusnya bisa bersikap dewasa dan memahami mereka yang baru percaya tersebut.
Ketiga, dengan memakan apa yang haram bagi orang Yahudi, jemaat Korintus akan kesulitan untuk memberitakan Injil kepada kaum Yahudi. Mereka akan mengalami cultural-gap yang besar dan akan menghambat pemberitaan Injil kepada kaum Yahudi.
1 Kor. 10:31
31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Paulus memberikan ayat 31 ini, sebagai suatu landasan dasar bagi Teologi Kristen, yaitu lakukanlah segala sesuatu untuk kemuliaan Allah! Sebenarnya bertolak dari landasan teologi inilah Paulus menekankan kegunaan dalam makan dan minum, bukannya haram dan halal. Bukankah haram dan halal dalam Taurat harus ditaati karena diperintahkan Allah? Demikian juga halal dalam segala hal harus ditaati karena Allah telah membatalkan segala ketentuan Taurat. Maka, dalam makan dan minum yang halal dalam segala hal tersebut, tetap ada makanan yang dilarang, yaitu makanan yang tidak berguna, karena tidak memuliakan dan untuk memakannya merupakan suatu perlawanan terhadap perintah Allah.
Apakah saudara memuliakan Allah melalui makanan dan minuman yang saudara konsumsi?
Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar