“ Sampai suatu ketika tanggal 10 Januari, pada hari sabtu
dimana isteri saya tidak pernah mau campur aduk dengan meeting, bisnis …
begitu. Pada hari sabtu itu dia siapkan untuk acara keluarga. Sehingga ketika
teman mengajak untuk meeting pada hari sabtu, dia ajak keluarga untuk gabung
supaya tidak merasa bersalah, sehingga semuanya dibawa. Meetingnya tidak sekali
akan tetapi sampai tiga kali sehingga sampai jam 11 malam baru selesai.
Anak-anak kecapaian, dan ketika dia mengajak seperti biasa doa sebelum tidur,
kita doa sekeluarga. Anak-anak sudah lelah, akan tetapi saya-lah yang
bersemangat untuk gabung berdoa dengan istri saya, sehingga saya membangunkan
anak-anak, ‘Mah, kita doa sama anak-anak.’ Dan pada saat kita sudah berkumpul,
bedoa dan memuji Tuhan, tiba-tiba anak saya mendapatkan karunia penglihatan.
Anak saya mengatakan : ‘Mah, lihat ruangan kita dipenuhi oleh ratusan malaikat
dengan menggunakan pakaian emas dan membawa persembahan emas ke hadapan papa.
Satu malaikat sudah siap mencatat nama papa.’ Dia katakan ‘Inilah score buat
papa.’
Berulang kali dia katakan ‘inilah score buat papa.’ Sehingga saya sempat
marah, kamu bilang ‘score … score … Apa kamu bilang papa sudah mau mati ?’
Sehingga saat itu anak saya sempat kecewa dan saya bersyukur saat itu istri
saya sempat meberikan kata-kata penyegar. Dia katakan ‘Pa, Tuhan bisa pakai
siapa saja, bahkan anak kecil. Bahkan nanti bisa saja Tuhan perintahkan tembok,
binatang untuk bicara sama kamu. Bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat kamu.'”
“Kemudian istri saya katakan kepada saya, ‘Sekarang ikuti doa
yang saya pimpin. Mulai malam hari ini … saya … Mohammad Hendry percaya bahwa
Yesus adalah Tuhan, Juruselamatku.’ Saat itu tidak ada perlawanan dari saya
sama sekali. Saya ikuti semua doa dari Istri saya. Dan ketika kata-kata yang
terakhir diucapkan, anak saya kembali berteriak, ‘Pah, Mah, bukan cuma ratusan,
ribuan malaikat bersorak-sorai. Semua malaikat menari-nari. Dan persembahan
emas itu sudah diserahkan kepada Papa. Dan papa sekarang sudah dimahkotai dengan
mahkota emas, dan nama papa telah dicatat pada posisi paling atas dari kita
semua.'”
“Sambil menagis saya katakan, ‘Terima kasih Tuhan, terima
kasih.’ Saya melihat istri saya menangis terus. Dia bilang ‘Terima kasih …
terima kasih. Dua puluh empat tahun saya menjadi imam didalam keluarga ini.
Mulai saat ini posisi imam ini saya serahkan kepada suami.” Terus dia
mengatakan ‘Mas, kamu sekarang sedang didalam urapan Tuhan. Kamu sekarang imam
didalam rumah tangga ini. Berkati kita … berkati kita semua.’ Kemudian saya
bilang ‘apaan sih, aku kan ndak biasa dengan doa kamu.’ Kemudian dia berkata ,
‘ndak apa-apa, yang penting tumpang tangan di kepala kita.’ Dan saya lakukan
itu. Saya tumpangkan tangan kepada mereka satu per satu, dan yang luar biasa
saya merasakan sukacita yang luar biasa.”
“Kurang lebih sampai jam setengah tiga pagi, kita belum
selesai merampungkan persekutuan keluarga. Kemudian saya sempat terpikir, ‘Aku
kan masih dinas. Gimana saya menghadapi hal ini secara kedinasan ?’ Seketika
itu juga anak saya membaca kekuatiran saya. Kemudian anak saya mengatakan ‘Papa
ndak usah kuatir. Papa ndak usah takut. Keberangkatan papa ke Pakistan itu yang
membawa papa menjadi jendral.’ Saya sempat kaget juga, sempat bertanya-tanya,
‘Tahu darimana kamu ini ? papa mau ke Pakistan.’ Dan benar juga, tanggal 12
saya ke pakistan sampai tanggal 19 kembali. Dan dari situlah saya merasakan
pertumbuhan iman saya makin hari makin kuat bertumbuh. Dan saya katakan saya
ingin dibabtis. Kemudian tanggal 4 saya dibabtis, 4 Februari. Kemudian tanggal
5 Februari saya mendapatkan skep baru. Skep jabatan bintang 1. Dan ketika
tanggal 4 dibabtis banyak keluarga yang hadir. Semua sukacita melihat saya
diselamatkan.
Berfoto dan upload ke facebook, bahkan wartawan rohani ikut
hadir. Dia juga dengan bangga membuat di tabloitnya foto saya besar-besar
dengan pakaian jubah pendeta yang mempunyai tanda salib besar didepan dada
saya. Kemudian dipasang di tabloidnya di halaman depan dan belakang.
Dengan
bangganya ditulis ‘ Kolonel Muhammad Hendry akhirnya menjadi Kristen.’ Sosial
media tidak bisa kita bendung, sampai ke tangan Kasad, dan beliau bereaksi
sangat keras. Dia katakan, ‘Bagaimana mungkin Mohammad menjadi Kristen ? …
Bagaimana mungkin Mohammad menjadi pengikut Kristus ? Ya, segera proses.’ Dan
ketika sampai ke meja saya, saya sudah tidak ada lagi rasa kuatir. Saya tidak
ada lagi rasa takut. Jadi saat itu saya hanya bisa bersyukur, ‘Terima kasih
Tuhan, Engkau sudah pilih saya. Kalau Engkau sudah pilih saya, maka Engkau akan
memberikan jalan keluar. Kalau Engkau sudah angkat saya, nggak ada orang yang
bisa menurunkan saya. Kalau Tuhan sudah membuka pintu tidak ada yang bisa
menutupnya. Saya percaya waktunya Tuhan indah pada waktunya.'”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar