Kesaksian
Rita Bennett — Pergi ke Sorga dan Kembali
PERSIAPAN BERANGKAT KE SURGA
Tiga bulan
setelah operasi caesar, saya memasuki Kansas University Medical Center karena saya
mendapatkan infeksi serius di kandungan saya. Tepat sebelum saya meninggalkan
Rumah Sakit itu, saya mulai berpikir bahwa saya akan meninggal, meskipun tidak
ada ketakutan karena hal itu.
Ketika saya
memandangi saudara-saudara saya, suatu perasaan yang aneh melanda saya,
sepertinya saya akan melihat mereka untuk terakhir kalinya. Sementara di RS,
para dokter mencoba antibiotik selama beberapa hari untuk melihat apakah mereka
dapat menghindarkan pembedahan besar, namun ternyata mereka tidak berhasil. Peranakan
saya akhirnya diangkat dan semuanya nampak beres.
Setelah saya
menjalani masa pemulihan di RS selama tiga hari, saya mulai merasa sangat aneh.
Sesuatu ada yang salah, sehingga saya memanggil seorang perawat. Para dokter
menemukan bahwa saya menderita radang paru-paru, penggumpalan darah, pendarahan
dalam tubuh, dan gagal ginjal.
BERJUANG
UNTUK HIDUP
Para dokter
membawa saya ke ruang rontgent, dan selama saya diperiksa saya kadang-kadang
kehilangan kesadaran. Pada suatu saat saya mendengar dokter itu memerintahkan
perawat dengan suara keras untuk memeriksa tekanan darah saya. Saya mendengar
jawaban perawat, “Nol. Nihil.” Saya menyadari bahwa mereka sedang berjuang
mempertahankan nyawa saya. Melewati semua trauma fisik ini, saya berkata kepada
TUHAN, “Mengapa saya? Mengapa sekarang?” Saya tidak ingin mati. Saya bertanya
kepada TUHAN, “Mengapa?” Saya tidak pernah berpikir untuk menanyakan hal
seperti itu sebelumnya, namun saya menemukan diri saya mempertanyakan situasi
saya, khususnya sejak sesuatu yang ajaib terjadi selama saya ada di RS. Anda
tahu, kami hampir saja mengangkat seorang anak lelaki yang baru saja
dilahirkan. Bayi itu dan saya ada di RS yang sama.
Perjuangan
batin saya untuk hidup itu menguras seluruh tenaga saya. Saya mencoba untuk bertahan
hidup bagi orang-orang yang saya kasihi : anak perempuan saya dan suami saya,
Walter. Gambar-gambar melintas tentang suami saya yang akan datang ke RS dan
menemukan saya telah meninggal. Saya berdoa banyak, memohon pertolongan TUHAN.
Akhirnya
saya menyadari apa yang saya sedang lakukan – mencoba mempertahankan kendali
atas hidup saya. Namun seandainya saya ini anak TUHAN dan seandainya sudah
waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini, saya harus menyerahkan diri
saya. Saya meminta kepada TUHAN untuk mengampuni saya karena saya suka
mengeluh, dan saya mendapatkan damai sejahtera.
Kemudian
saya merasa sangat sadar akan nafas saya. Nafas ini menjadi makin lambat dan
semakin lambat – semakin panjang antara tarikan yang satu dengan yang
berikutnya. Dan setiap tarikan nafas menjadi semakin dalam dan dalam. Saya
tidak pernah bernafas sedemikian dalam selama hidup saya. Saya mulai menghitung
“satu, dua” dan tarikan nafas ketiga merupakan tarikan yang paling dalam,
seolah-olah tarikan nafas itu datang dari kaki ke atas. Kemudian seolah-olah
saya bersatu dengan tarikan nafas ketiga itu. Meskipun itu adalah tarikan
nafas, saya masih mengetahui bahwa saya adalah pribadi yang utuh
DITEMUI
TUHAN YESUS KRISTUS
Saya merasa
demikian damai dan bebas. Saya mulai bergerak ke atas. Saya menyadari tubuh
saya ada di bawah saya, dan samar-samar saya mengingat segala upaya yang
dilakukan oleh para tim medis untuk menghidupkan kembali tubuh saya. Perhatian
utama saya adalah bahwa saya ada di atas ruangan itu. Saya tidak di dalam
ruangan itu namun ada di langit pertama. Saya katakan langit pertama karena
saya melihat ada tiga langit yang saya lewati.
Di langit
pertama saya bertemu dengan Seseorang. Atau lebih tepatnya saya ditemui YESUS
KRISTUS. Saya mengenalnya sebagai TUHAN YESUS KRISTUS, dan DIA menuntun saya
melewati tiga langit itu. Pada saat saya memikirkan tentang kehadiran fisik
TUHAN YESUS, bentuk fisiknya hampir lenyap, karena sosok utama tentang diri-NYA
adalah kasih sepenuh-penuhnya. Ketika saya mengingatnya lagi, TUHAN YESUS
memiliki rambut coklat tua bergelombang dan kulit wajah berwarna zaitun. Saya
memandang mata-NYA. Mata itu demikian tajam namun penuh belas kasih, sebening
dan sebiru air jernih. Anda hampir bisa melihat bayangan diri anda di mata-NYA
seperti cermin saja. Ketika TUHAN YESUS memandang anda, TUHAN YESUS memandang
tajam terhadap anda dan ke dalam anda. Dengan segera anda akan menyadari bahwa
TUHAN YESUS mengetahui segala hal yang perlu TUHAN YESUS ketahui tentang anda.
Nampaknya
ada cahaya sorgawi yang menyebabkan rambut-NYA berwarna merah dan mata-NYA
kebiru-biruan, hampir transparan, dan kulit-NYA berwarna keemasan yang terang.
Tak ada cara yang tepat untuk menggambarkan warna-warni penampilan-NYA. Di sini
warna-warnanya berasal dari dunia lain. Itulah kemuliaan BAPA, cahaya kemilau
keemasan memancar melalui DIA. Dalam tubuh kebangkitan-NYA, warna
penampilan-NYA berbeda sekali dengan yang ada di bumi ini.
DI HADAPAN
YANG MAHATINGGI
Saya akan
menceritakan kepada anda apa yang terjadi di langit ketiga. Langit pertama itu
berwarna biru muda, namun terang, begitu berbeda dari segala sesuatu yang
pernah saya lihat yang dapat saya terangkan dengan jelas. Langit itu terbuka,
terbelah dua di tengahnya, seperti layar yang menggulung ke samping dari
tengah. Hal ini terjadi sekejap seperti menjentikkan jari-jari saya saja. Kami
pergi melewati dua langit lagi, yang juga membuka dari bagian tengahnya.
Dalam
beberapa detik saya menemukan diri saya ada di hadapan Yang Mahatinggi. Yang
Mahatinggi adalah istilah yang saya pakai karena saya mengenali kehadiran ALLAH
BAPA. Pada saat saya memandang-NYA, saya tidak dapat sungguh-sungguh
melihat-NYA, namun ada kemuliaan yang sangat luar biasa, suatu hadirat yang
sangat luar biasa. Anda dapat merasakan hal itu dimana-mana di sorga ketiga
ini, dan saya menyadari bahwa DIA ada di tahta. Ketika saya mencoba melihat
seperti apa tahta itu, saya mendapati bahwa tahta itu tak terlihat. Saya tahu
bahwa tahta itu ada di sana; saya tidak dapat melihatnya !!! Tahta itu demikian
besar sehingga sampai ke bumi; bumi adalah bagian dari tahta itu.
Terpesona
dengan semua itu, saya merasa sangat begitu kecil seperti seekor semut, begitu
tak berarti. Dengan gemetar saya jatuh tersungkur. Sementara saya tergeletak di
sana dengan muka ke lantai, DIA berbicara kepada saya. Pembicaraan ini bukan
seperti pembicaraan mental antara KRISTUS dengan saya, karena suara ALLAH BAPA
itu seperti deru air bah yang besar. Saya tergeletak di sana dalam waktu yang
lama, dengan ALLAH BAPA berbicara kepada roh saya. Perkataan-perkataan yang DIA
katakan kepada saya tak dapat saya ingat, namun perkataan-perkataan itu tentang
saya dan kehidupan saya.
Sementara
saya tergeletak di sana saya menghidupi kembali setiap keberadaan saya, setiap
perasaan dan pikiran saya. Saya melihat mengapa saya ada sebagaimana ada; saya
mengalami kembali bagaimana caranya saya berhubungan dengan orang-orang dan
mereka dengan saya. Saya melihat hal-hal yang seharusnya saya dapat berbuat
lebih baik. Saya merasakan perasaan-perasaan malu akan sesuatu, namun saya juga
menyadari ada hal-hal baik yang saya lakukan dan merasa nyaman atas hal itu.
Selagi kita melihat pemandangan-pemandangan yang berbeda-beda, saya akan
menjawab, “Ya, saya tahu bahwa saya seharusnya melakukan dengan lebih baik lagi
atau dengan cara yang lebih baik.” Saya membayangkan apakah ada orang yang
merasa layak berada di hadirat-NYA. Saya tidak merasa tertuduh, namun saya
merasa tidak layak. Agak sukar untuk menjelaskannya. Semuanya terus berlangsung,
untuk berapa lama saya tidak tahu, saya terus memuji TUHAN.
Setelah
berakhir tinjauan atas kehidupan saya, saya merasa sungguh-sungguh tak layak
berada di sana di hadapan Terang yang Luar Biasa; tak layak dibandingkan dengan
semua keberadaan yang agung di tempat ini. Semuanya nampak demikian indah, dan
siapakah saya ?
Saya
mengatakan hal ini kepada ALLAH BAPA. Kemudian tangan TUHAN YESUS menyentuh
saya, dan saya dapat berdiri di atas kaki saya lagi karena saya sebelumnya
tidak mempunyai tenaga. Dengan menggandeng tangan saya, YESUS KRISTUS menuntun
saya ke samping arena. TUHAN YESUS memandang mata saya, ke dalam jiwa saya, dan
saya tahu TUHAN YESUS mengenal dan mengerti segala yang saya rasakan. Ketika
TUHAN YESUS memandang saya, hal itu dilakukannya dengan kasih yang lebih besar
dari pada yang dapat saya pikir orang akan mengetahuinya. TUHAN YESUS
tersenyum, dengan pandangan yang membuat saya mengerti bahwa segala sesuatunya
akan baik-baik saja.
JEMBATAN
Dengan
pandangan yang meyakinkan saya, YESUS KRISTUS menuntun saya ke satu sisi. YESUS
KRISTUS melangkah pergi dari saya dan sendirian DIA menuju Terang. Kapan terang
KRISTUS itu hilang dan terang BAPA itu mulai tampak, saya tidak tahu. Mereka
berdua saling memberi terang dan terang mereka sama !!! Saya tidak akan pernah
melupakan hal ini seumur hidup saya. Ketika KRISTUS melangkah pergi dari saya,
TUHAN YESUS berbalik ke samping dan mengulurkan tangan-NYA seperti jembatan.
Satu tangan terulur kepada saya dan satu kepada BAPA. Tangan-NYA terulur seolah-olah
membentuk sebuah salib dan jembatan untuk menghubungkan saya dengan BAPA. Hal
ini seperti menggambarkan apa yang tertulis di Alkitab : “Karena ALLAH itu esa
dan esa pula DIA yang menjadi pengantara antara ALLAH dan manusia, yaitu
manusia KRISTUS YESUS, yang telah menyerahkan diri-NYA sebagai tebusan bagi
semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” 1 Timotius 2 : 5 - 6
ALLAH di
satu sisi, dan semua orang di sisi yang lain. TUHAN YESUS sendiri ada di antara
manusia dan BAPA-NYA untuk membawa umat-NYA. YESUS KRISTUS membuat hal ini
mungkin dengan menyerahkan nyawa-NYA bagi semua orang. Segala hal yang saya
tahu dari Alkitab melintas di pikiran saya.
Kemudian
saya mendengar BAPA dan ANAK berbicara tentang perkara saya. TUHAN YESUS berkata,
“Darah-KU itu cukup. Perempuan ini adalah milik-KU !!!” Ketika YESUS KRISTUS
mengatakan hal ini, semua keraguan saya tentang ketidak-layakan saya lenyap.
Saya melompat-lompat, bersorak sorak dan bersukacita. Saya tidak pernah merasa
sedemikian berbahagia seumur hidup saya !!! Jenis kasih yang saya rasakan itu
melampaui apa yang dapat saya ceritakan. Saya terus menerus berkata, “Oh,
ALLAHku. Oh, ALLAHku. TUHAN YESUS adalah Pengantara saya. YESUS KRISTUS adalah
Pembela saya.” Tepat seperti apa yang saya baca di dalam Alkitab.
YESUS
KRISTUS datang kembali ke tempat dimana saya berada dan memandang saya dengan
kasih yang memberi penghiburan. Kami bersukacita bersama. TUHAN YESUS
melanjutkan dengan mengajar saya dan banyak berbicara kepada saya, tetapi saya
tidak dapat mengingat perinciannya. Sekarang dengan begitu bebas dan begitu
dicintai, saya tidak pernah ingin meninggalkan diri-NYA. Saya mengatakan
demikian kepada-NYA, namun pandangan di mata-NYA menyuruh saya untuk kembali ke
bumi. Saya bertanya, “Apakah saya sungguh-sungguh harus kembali ke bumi?” TUHAN
YESUS memandang saya dengan kelembutan dan berkata, “Ya, karena banyak
pekerjaan-KU yang harus kau lakukan di sana.”
Ketika saya
kembali ke tubuh saya di ICU, hal itu terjadi secepat saya pergi meninggalkan
tubuh saya. Nampaknya saya pergi dan kembali dengan kecepatan cahaya. TUHAN
YESUS membawa saya kembali. Saya memandang wajah-NYA yang indah untuk terakhir
kalinya, suatu wajah yang seharusnya saya dapat pandangi selama-lamanya. Hal
berikutnya yang saya tahu, saya sedang memandangi wajah seorang wanita yang
datang ke ICU dan mengaku sebagai adik perempuan saya. Saya tidak menyadari
saya ada di mana. Ketika saya melihat wajah adik saya, saya terkejut karena
YESUS KRISTUS telah hilang dengan cepat. Mencari wajah TUHAN YESUS namun
menemukan wajah adik perempuan saya, membuat saya kecewa. Adik perempuan saya
memberi tahu saya di kemudian hari bahwa ada pandangan di wajah saya yang ia
tidak pernah jumpai sebelumnya. Ia sangat bingung dan sedikit sakit hati oleh
karena tanggapan saya terhadap kehadirannya. Setelah saya menjelaskan hal yang
sebenarnya di kemudian hari, adik saya akhirnya mengerti bahwa saya sebenarnya
senang bertemu dengannya.
HIDUP YANG
BERUBAH
Setelah saya
mengalami pemulihan, saya mengambil pelajaran seni tentang lukisan dengan
minyak. Saya terus menerus berusaha menangkap warna-warni TUHAN YESUS di atas
kain kanvas. Itulah semua yang dapat saya lukiskan. Saya melukis Diri-NYA
dengan semua warna, semua gaya, namun tak mungkin menangkap warna-warni itu.
Para murid lain menggoda saya dengan mengatakan bahwa saya adalah “gadis-NYA
TUHAN YESUS KRISTUS.”
Namun obsesi
saya untuk melukis YESUS KRISTUS hanyalah perubahan kecil dibandingkan dengan
bidang kehidupan saya yang lain. Mungkin perubahan yang paling besar adalah
cara pandang saya. Sebelum pengalaman hampir mati saya, saya biasanya selalu
ribut dan rewel terhadap Walter tentang ha-hal yang remeh. Saya dulunya
menuntut banyak hal bagi kepentingan diri saya saja. Ketika saya kembali dari
perjalanan ke sorga itu, saya memiliki penghargaan yang makin besar terhadap
hubungan antar sesama. Orang-orang lain itu demikian penting. Kebanyakan apa
yang kita anggap penting itu sebenarnya tidaklah penting.
Pada tahun
1986 saya merasa TUHAN YESUS berkata kepada saya, “Gembalakanlah
domba-domba-KU.” Hal ini terjadi pada saat Walter dan saya mulai menampung para
tunawisma. Kami dipanggil untuk pekerjaan itu selama beberapa tahun. Saya kira
ada cara lain yang dapat kami lakukan untuk menggembalakan domba-domba-NYA.
Penggembalaan anak-anak adalah cara lainnya, dan sekarang ini saya adalah
seorang orangtua asuh. Kami menampung lima anak-anak di rumah kami. Setelah
mengalami pengalaman hampir mati yang fantastis, saya pikir saya harus
melakukan sesuatu proyek yang besar dan luar biasa bagi ALLAH. TUHAN YESUS
telah menunjukkan kepada saya bahwa kehidupan ini bukanlah tentang melakukan
hal-hal besar, namun melakukan apapun yang saya lakukan bagi-NYA. Selama saya
di sorga, ALLAH tidak memberikan saya perintah khusus, namun yang paling saya
rasakan dengan kuat adalah bahwa tujuan hidup saya adalah mengasihi, AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar