Depresi
Pasca Melahirkan
Namaku
Caroline (Talia) dan aku berumur 31 tahun.
Kira-kira 5
bulan lalu, aku mengalami semacam pengalaman di luar tubuh lahiriah. Aku
seorang wanita Haredi (Yahudi Orthodox) sejak lahir. Ketika aku masih gadis
kecil, aku seringkali bermimpi. Kadang-kadang aku bermimpi ada bersama
orang-orang yang telah meninggal sejak lama, dan kadang-kadang dengan orang
yang barusan meninggal, kadang aku bermimpi dengan orang pada hari yang sama
ketika mereka meninggal.
Dua bulan
sesudah aku melahirkan, aku mengalami masa yang sangat sulit. Aku ada dalam
semacam depresi, depresi pasca melahirkan yang sangat dalam, dan amat sangat
sulit bagiku untuk keluar dari semuanya itu.
Dan aku
selalu mengeluh, aku mengeluh kepada HaShem (Elohim) terus-menerus, tanpa
henti, berkata, “Kenapa aku tidak bisa berperan seperti ibu yang normal, kenapa
aku tidak bisa mengatur rumahku, kenapa aku tidak bisa memasak, dan kenapa aku
tidak punya kekuatan bagi anak-anakku.” Aku kehilangan keinginan untuk hidup.
Pada minggu
yang sama, aku merasa bahwa seseorang ada di dalam rumahku, bahwa ada sesuatu
yang menakutkan yang sedang bergerak cepat di sekitarku. Dan aku terus-menerus
melihat figur kegelapan ini, itu seperti makhluk gelap yang berlari melewati
kamu dengan cepat.
Aku
mengalami beberapa kali, bahkan di tengah malam ketika aku terbangun untuk
pergi ke kamar mandi atau memeriksa anak-anak, aku melihat makhluk ini berlari
melintasi rumahku.
Ketika
suamiku menyadari apa yang sedang aku alami dia berkata kepadaku, “Kamu tahu
Caroline!? Ayo! Marilah pergi keluar, kita akan pergi berjalan-jalan, kamu bisa
menghirup udara segar dan bisa sedikit berbelanja.”
Aku bilang,
“Oke baik, ayo pergi.”
Jadi kami
pergi ke naik mobil, dan sementara kami berkendara, aku mendapati diriku
mengomel kepada HaShem (Elohim) di sepanjang perjalanan. Aku marah dan gugup sebelum
aku pergi, dan sepanjang waktu marah-marah menggerutu tanpa henti, dan membuat
semua menjadi semakin buruk. Sesudah kami akhirnya pergi, kami terjebak
kemacetan.
Kami tidak
pernah bisa pergi besama, kami harus menyewa seorang baby sitter, yang datang
terlambat! Aku tidak punya kekuatan! Dan anak-anak membuat aku menjadi gila!
Dan aku tidak bisa mengatur mereka!
Itu sampai
pada titik dimana aku mengeluh sedalam-dalamnya, mengomel terus-menerus
sepanjang perjalanan. Kami tiba di tempat tujuan, kami berbelanja sedikit, dan
kemudian kami pulang kembali ke rumah. Aku terus kepahitan dengan diriku
sendiri.
Dan kemudian
ada seorang wanita yang membuat aku sangat marah, dan aku mengucapkan Lashon
Hara (perkataan jahat) kepadanya. Juga pada minggu itu anak-anakku tidak
membiarkan aku bisa tidur. Aku tidak bisa tidur karena mereka sepanjang minggu.
Tiap 10 menit anak-anakku bergantian membangunkan aku waktu malam.
Di tengah
malam sementara aku bangun untuk mengganti popok bayiku, ketika aku mengganti
popoknya, aku merasa seseorang sedang berdiri di belakangku. Aku dapat
merasakannya dengan perasaanku. Apa yang kurang hanyalah dia tidak menjamahku
untuk memastikan ini.
Aku sedang
mengganti popok bayiku, dan aku terlalu takut untuk berpaling, lalu tiba-tiba
aku mendengar anakku berteriak sejadi-jadinya, tangisan yang tidak normal untuk
seorang bayi! Berteriak-teriak ketakutan sambil bercucuran air mata, dan aku
tahu dia sangat ketakutan oleh makhluk yang ada di belakangku, aku tahu ini
dengan pasti.
Aku
mengangkat bayiku, karena dia menangis, aku berkata kepadanya, “Apa yang
terjadi kepadamu sayang? Kenapa kamu menangis?” Aku berusaha menenangkan dia,
tapi dia kaku membatu! Aku bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya atau
memiringkan kepalanya supaya berbaring kepadaku, tidak bisa!
Anak ini
menjadi kaku seperti batu, dan dia menangis sekuat-kuatnya, dan aku tidak bisa
menenangkan dia atau menggerakkan tangan kakinya, dia kaku, seperti batu!
Keesokan
paginya, satu-satunya hal yang ingin aku lakukan hanyalah tidur. Dan siapa pun
yang mengenal suamiku tahu bahwa dia tidak pernah melewatkan satu hari pun
tanpa bekerja, bahkan pada waktu dia sakit demam, dia tetap bekerja.
Aku tidak
tahu pasti kenapa, tapi aku lihat dia duduk dengan sebuah buku terbuka, sedang
mempelajari Torah. Aku memandangi dia, dan aku tidak akan berbohong, aku tidak
perduli dengan alasan kenapa dia tidak pergi bekerja.
Hal pertama
yang ingin aku lakukan hanyalah pergi ke tempat tidur. Aku lihat suamiku tidak
pergi, aku benar-benar terkejut dia tidak pergi bekerja, tapi aku tidak bicara
apa-apa, sementara aku pergi ke kamar tidur dan naik ke kasur.
Dan kemudian
aku melihat sebuah mimpi… aku pikir itu adalah…
Pengalaman
di Luar Tubuh
Lalu aku
melihat kereta ini, kereta yang sangat besar dan salah seorang kerabatku ada di
dalamnya, dan aku melihat dia berbaring di dalam kereta ini. Dia dan beberapa
orang lain seperti mereka sedang ditarik.
Lalu aku
menyadari bahwa apa yang aku lihat bukan benar-benar dirinya, tetapi bagian
dari jiwanya. Sangat sulit bagiku untuk menjelaskan apa yang aku maksud dengan
“jiwa” — Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya… Pada dasarnya aku melihat
emosi-emosi, dia kelihatan seperti suatu emosi!
Itu seperti
ketika seseorang merasa takut, dan aku bisa melihat emosi itu, dia menjadi
suatu emosi. Aku melihat kesusahan-kesusahannya, lalu aku diberi tahu, “Katakan
kepada orang ini bahwa jika dia terus seperti ini, maka tidak akan ada seorang
pun yang bisa menolong dia, karena jika dia tidak menolong dirinya sendiri,
maka tidak ada yang bisa.”
Aku bilang,
“OK.”
Sepanjang
waktu itu aku berpikir aku sedang bermimpi. Aku yakin bahwa aku sedang dalam
suatu mimpi. Aku mulai berjalan dan aku bahkan tidak menyadari bahwa aku sedang
ada dalam dunia yang lain.
Aku melihat
seperti aula besar, sangat besar dan di dalam aula ini aku melihat aula lain
yang transparan, dan aku melihat sangat banyak dan amat sangat banyak orang,
sebagian yang aku kenal dan sebagian yang aku tidak kenal, sebagian masih hidup
dan sebagian sudah meninggal.
Aku melihat
di dalam aula transparan ini, orang-orang yang menerima pukulan-pukulan yang
mengerikan, mereka mendapat cambukan-cambukan yang hebat, siksaan.
Mustahil!
Sangat mustahil untuk menggambarkan, mereka hancur, tangan-tangan mereka,
kaki-kakinya, pada dasarnya mereka terkoyak-koyak! Dan aku melihat bagaimana
mereka ditekuk, dipecah-pecahkan seluruh tubuh mereka. Dan aku menyaksikan ini
dan berkata, “Kenapa mereka disiksa seperti ini? Apa yang terjadi kepada
mereka?”
Lalu suatu
suara di dalam kepalaku berbicara, “Kamu lihat orang-orang ini?” Dan aku
berkata kepada diriku sendiri, “Ya.” Aku berkata kepada diriku sendiri.
Lalu mereka
berkata kepadaku, “Orang-orang ini melakukan perzinahan, mereka melakukan
dosa-dosa nafsu birahi, mereka terikat kepada kesenangan-kesenangan dosa,
mereka menumpahkan sperma mereka dengan sia-sia, mereka mencemarkan mata mereka
dengan situs-situs porno, mereka tidak senonoh, mereka semuanya – itu sebabnya
kenapa mereka dihajar!
Aku
memandangi lebih jauh dan berkata, “Aduh… begitu mengerikan! Begitukah mereka
(algojo) menghukum mereka?!”
Aku sangat
terguncang! Karena aku tidak dapat memahami (kenapa) tingkat penghukuman mereka
begitu drastis, dan aku mencoba menolong mereka tapi aku bahkan tidak dapat
mencapai mereka, seperti aku berdiri terpaku.
Lalu aku
dengar sebuah ponsel berdering, aku melihat ponselku dan aku mencoba
menjawabnya tetapi aku tidak bisa. Aku mencoba meraih ponsel itu tapi aku tidak
dapat. Itu seperti tanganku menembus melalui ponsel itu, aku mencoba
menjawabnya tetapi aku tidak bisa.
Lalu aku
melihat nenekku dan dia berkata kepadaku, “Kamu tidak sedang berada di sini
atau di sana!”
Saat inilah
aku menjadi ketakutan, inilah ketika aku menyadari bahwa aku tidak sedang
bermimpi! Ini bukan mimpi!
Lalu aku
berkata, “Apa artinya tidak berada di sini atau di sana?!” Kembalikan aku ke
tubuhku, apa artinya ini?!” Lalu aku melihat tubuhku berbaring di tempat tidur
dan aku mulai berteriak, “Kembalikan aku ke tubuhku! Kenapa aku di sini?”
Dan tidak
ada seorang pun yang memperhatikan aku. Lalu aku mulai merasakan ketakutan yang
luar biasa, seperti… Aku tidak bisa menggambarkannya, ketakutan yang ekstrem,
hampir-hampir seperti aku adalah ketakutan itu sendiri…
Dan aku melihat
layar yang tiba-tiba diturunkan ke hadapanku, layar raksasa ini turun, lalu aku
mulai menyaksikan seluruh kehidupanku dan aku berusaha berpaling darinya tapi
aku tidak bisa. Aku mencoba menutup mataku tapi aku tidak punya mata untuk
ditutup! Dan aku tidak bisa, aku mencoba melarikan diri tapi aku tidak bisa!
Dan aku
melihat seluruh episode kehidupanku ketika aku masih seorang gadis kecil, semua
situasi-situasi ini, lalu aku melihat diriku mengucapkan lashon hara (ucapan
jahat) dengan suamiku tentang perempuan itu. Dan mereka memandang kepadaku. Aku
bahkan tidak tahu apa yang sedang memandang (kepadaku)… ya, sesuatu yang
spiritual sedang memandang kepadaku dan berkata, “Kamu lihat perempuan ini?
Kamu harus sangat berhati-hati untuk tidak mengucapkan Lashon Hara, kamu harus
sangat berhati-hati untuk tidak melukai orang Yahudi lain, jadi kenapa kamu
melakukan seperti ini?! Kenapa kamu mengucapkan Lashon Hara (perkataan
jahat/busuk)?”
Lalu aku
mulai berteriak, “Aku tidak akan akan mengucapkan Lashon Hara! Aku berjanji aku
tidak akan mengucapkan Lashon Hara, aku akan bertobat, aku berjanji bahwa aku
akan bertobat!!”
Lalu aku
ditenggelamkan dalam ketakutan, “Kamu mulai menyadari bahwa … ketakutan yang
lebih dalam dari yang bisa digambarkan dengan kata-kata, kamu ketakutan, kamu
begitu takut, mengkerut, dari luar ke dalam dan tidak tahu bagaimana memahami
situasi. Kamu mulai menjadi gila dan ingin melarikan diri, tapi tidak ada cara
untuk melakukannya…
Lalu aku
melihat putera sulungku berdiri di hadapanku, lalu aku melihat dan berkata,
“Apa yang dia lakukan di sini? Apa yang dia lakukan di sini? Kenapa dia di
sini?” Kemudian aku mulai berteriak histeris, aku melihat kepadanya dan aku
berkata, “Kenapa dia di sini? Kenapa dia di sini?”
Lalu aku
diberitahu, “Kamu lihat anak ini, anak kecilmu ini? Dia punya jiwa yang sangat
lembut dan kamu membentak-bentak keras kepadanya, kamu menusuk jiwanya!”
Di saat
inilah aku hancur, aku tidak dapat menanggungnya. Aku dapat melihat momen
ketika aku masuk mobil bersama suamiku, dan aku melihat seberapa banyak aku
bersungut-sungut kepada HaShem (Elohim)… Seberapa banyak aku berkata-kata
melawan HaShem. Aku mulai merasa malu.
Aku begitu
malu… aku mulai menciut. Aku melihat diriku berbicara kepada HaShem, “Kenapa
Engkau melakukan ini kepadaku?” Dan segala sesuatu lain yang aku
sungut-sungutkan. Aku merasa malu, rasa malu ini, dan aku tahu sangat banyak
orang, seluruh dunia sedang memandang kepadaku, aku tidak tahu bagaimana
menjelaskan itu. Itu seperti seluruh dunia sedang memandangi kepadaku!
Aku melihat
bahwa semua orang sedang memandangi, dan aku tidak tahu siapa, semuanya
memandangi. Dan itu seperti, ada banyak dunia-dunia dan lebih banyak
dunia-dunia yang lebih tinggi (memandangi aku), dan aku melihat mereka meluas
lebih jauh, dan aku mendengar bisik-bisik kepadaku… seperti mereka berbicara
tentang aku. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan itu.
Lalu aku
menjadi semakin malu, benar-benar malu sepenuhnya dan diperiksa secara
mendetail… dan itu tidak seperti rasa malu mana pun yang seseorang pernah
rasakan di dunia ini… ketika orang-orang mempermalukan kamu, mempermalukan kamu
di depan umum. Bukan, rasa malu ini lebih seperti ingin mati karenanya! Kamu
bahkan tidak ingin ada, kamu tidak ingin ada di mana pun, seperti ingin
menghilang ke dalam ketidak-adaan. Dan rasa malu ini semakin intensif dan
semakin dalam dan semakin dalam.
Dan aku
melihat diriku sendiri dan aku berkata, “Apa yang salah denganku? Kenapa aku
seperti ini? Aku mulai berbicara kepada diriku sendiri, sementara aku melihat
ini. Dan aku panik bahwa mereka akan mengungkapkan lebih banyak dan lebih
banyak lagi hal-hal tentang diriku dan aku berkata, “Aku mohon, tolong jangan
perlihatkan ini kepadaku. Aku mohon, jangan perlihatkan ini kepadaku! Aku ingin
kembali kepada tubuhku! Aku ingin kembali! Aku tidak ingin mati, tolonglah
aku!”
Namun tidak
ada seorang pun yang menjawab, dan aku mulai meraung dan meraung, menangis seperti
tidak bisa aku gambarkan, seperti seseorang yang meratap dalam keputusasaan.
Tidak ada suara seperti ini di dunia ini, ini suara mendalam yang tidak kamu
kenali di dalam dirimu sendiri, suatu raungan yang menggema sampai ke seluruh
dunia atas. Dan aku tahu bahwa orang-orang benar (tzaddikim) ada di atas sana,
aku tahu bahwa mereka ada di sana dan bahwa mereka tidak bisa mendekati aku.
Lalu aku
merasakan ini seperti kesendirian, seperti kekosongan jiwa dan aku tidak ingin
ini dialami siapa pun, untuk merasakan begitu kesepian, ditinggalkan. Semua
orang-orang merasakan kesepian ini di dunia ini. Seperti jika seseorang
melewati masa yang sulit, jika seseorang depresi, atau merasakan kesepian, tapi
di sana kamu merasa kosong, aku tidak bisa menggambarkan betapa ekstremnya itu,
dibuang dan diasingkan. Kamu tidak berdaya, kamu tidak punya siapa-siapa! Dan
kamu mulai berteriak, “Aku mohon, tolong aku! Siapa pun, aku mohon! Tapi tidak
ada jawaban, tidak ada jawaban, seperti tidak ada seorang pun yang perduli…
Ada dua
orang benar (tzaddik) yang aku benar-benar terhubung secara spiritual di dunia
ini: Baal Shem Tov, dan Baba Sali (Rabbi besar Yahudi). Aku
berteriak, “Baal Shem Tov! Baal Shem Tov! Baba Sali! Tolonglah aku! Aku mohon,
tolong aku! Tapi mereka tidak menjawab. Dan aku melihat semacam … dengan
kepalaku menunduk dan segala sesuatu tampak begitu tinggi, ada hal-hal lain,
ada banyak dunia-dunia dan seterusnya. Tidak ada seorang pun menjawab dan aku
berteriak, “Baba Sali, tolonglah aku! Kenapa engkau tidak menolong aku? Kenapa
engkau tidak memperhatikan aku?” Aku berteriak supaya seseorang menolong aku!
Rabbi
Baal Shem Tov (1698-1760) dan Baba Sali (1889-1984)
Lalu aku melihat orang-orang yang aku kenal, yang di dunia
ini aku ajarkan kepada mereka “Hukum Penyucian Keluarga” (nidda). Aku mengajari
mereka mengucapkan “Shema Yisrael” (Ulangan 6:4-9). Aku membantu banyak
orang-orang untuk menguatkan mereka (dalam menjalankan Torah). Dan aku melihat
mereka dan aku berkata, “Kenapa kamu tidak memberi tahu mereka bahwa aku
mengajar kamu “Hukum Penyucian Keluarga” (nidda)? Kenapa kamu tidak mengatakan
kepada mereka bahwa aku mengajar hal ini kepadamu?” Dan kepada orang lain aku
mengatakan hal lain, dan setiap orang kelihatan, lewat begitu saja dan tidak
memberi perhatian kepadamu, dan kamu merasa sendirian. Bahwa kamu tidak punya
siapa pun.
Aku mulai menangis dan berteriak, “Seseorang aku mohon,
tolong aku! Baal Shem Tov! Kenapa engkau tidak menjawab aku? Baal Shem Tov!”
Aku berteriak kepadanya, “Baal Shem Tov! Tolonglah aku mohon! Aku mengemis
kepadamu, jawab aku! Tolong aku!” Dan aku berteriak dan mereka tidak menjawab.
Dan aku merasa hancur, “Apa?! Aku sendirian?!” Dan aku mulai menjadi gila, aku
mulai menjadi gila! Aku menggerakkan kepalaku, tubuhku, dan menggerakkan diriku
sendiri dan aku ingin seseorang menolong aku, tapi aku tidak bisa bergerak.
Kemudian aku melihat layar itu lagi, dan itu sekarang
menunjukkan banyak hal-hal lain lagi tentang kehidupanku, dan kemudian aku
mendengar orang-orang di luar, berteriak-teriak dan berkomentar tentang aku,
“Dalam hal ini, dimungkinkan untuk memahami kenapa dia bertingkah laku seperti
itu, dia masih muda. Inilah sebabnya…” Mereka mulai membela aku, mereka mulai
mengatakan hal-hal baik tentang aku. Lalu aku mulai memandang ke depan dan
berkata, “Siapa yang dapat menolong aku di sini? Kenapa tidak ada seorang pun
menolong aku? Aku ingin kembali ke tubuhku. Aku ingin hidup, aku tidak ingin
mati!”
Lalu ada titik di dalam hidupku dimana aku mengatakan Lashon
Hara (ucapan jahat) tentang orang-orang Yahudi Ashkenazim dan Sephardim. Kadang-kadang
tentang Chasidim. Lalu aku mendengar suatu suara yang berkata, “Jangan
berbicara! Jangan menyebabkan perbantahan! Jangan menimbulkan perselisihan!”
Lalu aku mulai menjadi malu kembali, dan lagi, dan rasa malu ini seperti,
diperbaharui setiap waktu. Kamu merasa malu lagi dan lagi dan lagi. Kamu
menciut di dalam dirimu tanpa tempat untuk menyembunyikan diri atau melarikan
diri. Kamu tidak punya tempat untuk memalingkan kepala, kamu tidak punya tempat
untuk dituju, dan aku tahu bahwa jika aku pergi ke satu tempat tertentu, aku
tidak akan pernah kembali.
Aku berteriak, “Baba Sali, aku mengemis kepadamu, tolong aku!
Kenapa engkau tidak menjawab aku! Baal Shem Tov, aku tidak mengerti kenapa
engkau tidak menjawab aku? Kenapa aku sendirian seperti ini? Tolonglah aku!
Seseorang harus menolong aku! Seseorang tolong aku! Dan aku berteriak…
Lalu suatu suara berbicara kepadaku, “Panggil Rabbi Ovadia!
Panggil Rabbi Ovadia!” Detik ketika mereka mengatakan itu kepadaku, aku
langsung berteriak, “Rabbi Ovadia! Rabbi Ovadia tolong aku! Rabbi Ovadia, aku
mohon! Rabbi Ovadia, seseorang harus menolong aku, Rabbi Ovadia!”
Rabbi Ovadia Yosef (1920-2013)
Lalu aku melihat Rabbi Ovadia duduk dan mempelajari
Torah. Aku melihat dia sedang duduk dan belajar Torah. Dan aku merasakan
kehangatan di seluruh tubuhku. Seperti seseorang sedang menyelimuti aku.
Bagaimana bisa bahwa dia sedang duduk mempelajari Torah dan dia berdiri bagiku?
Dia tersenyum kepadaku, dan aku berkata, “Rabbi, aku akan bertobat, aku
berjanji bahwa aku akan kembali kepada HaShem (Elohim) dalam teshuvah (pertobatan).” Dan dia tersenyum kepadaku
seperti seorang kakek, seperti jika seseorang tiba-tiba mengasihi aku.
Kemudian aku melihat dia memasuki aula dalam ini… Aku melihat
dia masuk dan aku juga melihat seorang lain seperti seorang hakim masuk. Hakim
ini juga seorang Rabbi di dunia ini, aku tidak bisa mengatakan namanya,
seseorang yang hidup di dunia ini, dia juga menghakimi aku di atas.
Lalu, ketika aku melihat Rabbi lain ini, segera sesudah aku
melihat dia… Aku tahu bahwa dia seorang hakim di dunia ini, dan sementara aku
melihat dia, perasaan seperti kegelapan ini memasuki seluruh tubuhku, yang
membuat aku ketakutan sampai ke tingkat yang mustahil untuk digambarkan, aku
mulai ketakutan, aku merasakan ketakutan yang luar biasa!
Aku begitu takut dan rasa takut secara bertahap semakin
meningkat. Ketakutan yang tidak bisa digambarkan, aku mulai menyadari dan
mengerti bahwa inilah waktunya…! Aku sudah tamat! Aku tidak akan hidup… segera
sesudah aku melihat dia!
Lalu dia (hakim itu) berkata kepadanya (kepada Rabbi Ovadia),
“Dia tidak akan kembali!” Dan segera sesudah dia berkata, “Dia tidak akan
kembali!” itu bergema ke seluruh dunia-dunia. Aku mendengar itu berulang-ulang,
“Dia tidak akan kembali! Dia tidak akan kembali! Dia tidak akan kembali!” Aku
mendengar ini sangat jelas, berulang-ulang, dan kata-kata ini menusuk-nusuk
seperti menembus jiwaku dan tubuhku dengan sangat kuat. “Dia tidak akan
kembali!”
Dan orang-orang di luar yang simpati berkata, “Kami dapat
memahami dia”. Itu seperti mereka melihat ini sekarang. Mereka menyaksikan
seluruh film kehidupanku dan itu seperti, mereka berusaha mempertahankan aku
dari luar. Berbicara yang positif tentang aku, aku terlalu takut untuk
menjawab, aku terlalu ketakutan untuk mengucapkan sesuatu, baik atau jahat
tentang diriku. Aku tidak sanggup berbicara, aku berharap bahwa aku akan
memiliki Keselamatan, bahwa Rabbi Ovadia akan mengatakan sesuatu.
Dan kemudian aku mendengar suatu suara keras yang
berteriak, “Nubuat, nubuat! Nubuat, nubuat! Mashiach (Messias) sangat
segera! Mashiach sangat segera!”
Dan kemudian aku memandang lagi kepada Rabbi Ovadia sementara
hakim lainnya mengulangi, “Dia tidak akan kembali!” Dan Rabbi Ovadia berkata,
“Aku menetapkan bahwa dia kembali!” Dan dia (Rabbi Ovadia) menggebrak meja
dengan tangannya, dan pada detik itu juga aku membuka mataku dan mendapati
diriku sendiri di atas tempat tidurku!
Aku bangun dalam keadaan kacau-balau. Aku tidak tahu di mana
aku berada. Aku bangun dan melihat suamiku sedang duduk, belajar Torah, dan
mengutip Tehilim (Mazmur).
3 JAM
TERAKHIR
Beberapa minggu kemudian, aku pergi tidur dan melihat (di
dalam suatu mimpi), keluargaku, bangsaku, aku melihat Bangsa Israel (Am
Yisrael) seperti jika semua orang sedang berdiri. Ini sangat sulit bagiku untuk
menjelaskannya.
Setiap orang sedang berdiri bersama-sama di satu tempat,
memandang ke surga. Kemudian langit berubah menjadi suatu layar raksasa, yang
mulai menyingkapkan dosa-dosa setiap orang kepada semuanya. Orang-orang ini
menjadi malu. Malu, malu, seperti yang aku rasakan di atas, rasa malu yang sama.
Orang-orang begitu malu dan mereka tidak punya tempat untuk melarikan diri atau
bersembunyi. Seluruh dunia menjadi seperti suatu layar, seperti jika kamu tidak
punya tempat untuk lari. Kamu berpaling ke belakang dan kamu melihat dirimu
sendiri. Aku melihat orang-orang mulai menangis dan mereka tidak tahu apa yang
harus diperbuat dengan diri mereka sendiri.
Dan kemudian aku melihat pelangi ini yang turun
dari langit dan jatuh ke dalam dan ke bawah permukaan lautan, dan itu
menimbulkan tsunami di seluruh dunia, tapi tidak di Israel. Di seluruh dunia
terjadi tsunami. Di semua negara-negara manapun terjadi tsunami.
Ada penghakiman keras, sangat keras. Sangat keras, aku tahu
ini! Aku melihat bangsa Israel. Ketika aku mengataan “bangsa Israel” (Am
Yisrael) aku tidak mengenali semua orang-orang. Aku hanya melihat seperti jika
seluruh bangsa Israel sedang berdiri dan sedang memandang ke arah surga.
Orang-orang mulai berlari dan menyelamatkan diri, kemudian
kekacauan meletus. Terjadi seperti teror. Setiap orang berlarian, menyelamatkan
diri, dan pergi ke sana, pergi ke sini, pergi ke sana… Aku mulai lari dan lari
dan lari. Aku meninggalkan rumahku dan kemudian aku melihat semua orang-orang
berlari.
Aku melihat roket-roket melayang di atas kita, dan
orang-orang terus berlari. Pada saat ini aku melihat sangat banyak roket-roket
meluncur, segala macam rudal-rudal Scud, sirene-sirene dan kekacauan yang tidak
bisa digambarkan.
Aku melihat seluruh bangsa-bangsa Arab yang menguasai kita.
Aku meninggalkan rumah dan melihat semua orang berlarian. Aku melihat ISIS,
seluruh bangsa-bangsa Arab dari ISIS, kiranya nama mereka dihancurkan.
Aku melihat bagaimana mereka memotong kepala-kepala,
bagaimana mereka menikam orang-orang, membantai orang-orang, mengangkat
kaki-kaki mereka, dari tangan-tangan mereka, menyeret mereka. Aku melihat
seluruh kekacauan ini dan aku berkata, “Apa ini? Apa ini? Di mana aku? Apa arti
semuanya ini?”
Dan kemudian mereka berkata kepadaku, “Beginilah yang
akan terjadi 3 jam sebelum kedatangan Mashiach!”
Sulit… ini sulit bagiku untuk mengatakan, ini sulit bagiku
untuk menceritakan ini. Aku tidak punya pilihan…
Aku melihat orang-orang berlarian, lari, berusaha
menyelamatkan diri mereka dan dikejar-kejar, berusaha menyelamatkan anak-anak
mereka dan bayi-bayi mereka. Orang-orang berusaha bersembunyi, tapi tidak ada
tempat untuk menyembunyikan diri.
Mereka (ISIS) muncul di setiap tempat ke mana kita pergi. Dan
setiap orang berlari, berlari, berlari. Berusaha mencapai tempat tertentu.
Ada sebuah pegunungan yang setiap orang berusaha mencapainya,
satu pegunungan yang setiap orang berusaha mencarinya, untuk melewati seluruh
bangsa-bangsa Arab dan ISIS dan seluruh kekacauan yang mengelilingi pegunungan
ini.
Orang-orang digantung, orang-orang ditusuk berkali-kali. Ini
seperti dalam film horor dimana orang-orang dibantai dan ada kolam darah di
lantai. Orang-orang bahkan tidak bisa menguburkan anggota keluarga mereka
sendiri, mereka bahkan tidak bisa meratap, mereka hanya berusaha menyelamatkan
diri mereka sendiri, dan mereka tidak punya cara untuk menyelamatkan orang lain
– tidak ada cara!
Mereka tidak bisa memandang ke belakang, mereka tidak perduli
tentang anak-anak atau keluarga-keluarga mereka, tidak ada apa pun yang
berarti. Mereka hanya berlari, mereka hanya berlari dan berlari.
Sebenarnya ada situasi di mana mereka membantai anak-anak,
mereka menyembelih anak-anak. Mereka membunuhi anak-anak dengan tangan mereka,
sementara mereka mengacungkan tangan-tangan mereka dan berteriak, “Allahu
Akbar! Allahu Akbar!” Dan mereka berteriak dan mereka gembira bahwa mereka telah
membantai orang-orang Yahudi.
Lalu aku terus berlari karena aku tidak punya pilihan lain,
aku harus menyelamatkan diriku sendiri. Aku terus berlari, aku terus berlari.
Dan kemudian di seluruh kekacauan ini, aku melihat Rabbi Nissim Perets.
Aku tidak tahu siapa yang mengenal dia, dan siapa yang tidak mengenal dia, tapi
dia orang kudus. Aku berkata kepadanya, “Rabbi, Rabbi apa yang harus aku
perbuat? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan dengan
anak-anakku? Bagaimana aku dapat menyelamatkan mereka?”
Lalu dia berkata kepadaku, “Kamu harus tahu bahwa anak-anak
ini bukan punyamu. Anak-anak ini bukan milik kepunyaanmu. Teruslah berlari!
Terus lari!”
Lalu aku melihat seseorang yang aku kenal, seorang yang biasa
berbuat banyak dosa, tapi pada akhirnya barusan saja bertobat. Rabbi mengatakan
kepadaku tentang dia, “Katakan kepada orang itu bahwa dia harus terus lari
karena dia berhenti. Dia berhenti dan itu tidak baik baginya. Dia harus terus
berlari! Dia harus tetap berlari!”
Aku berkata kepadanya, “Rabbi, aku mohon, apa yang harus aku
perbuat dengan anak-anakku?”
Dia berkata, “Teruslah berlari, jangan khawatir tentang
anak-anak. Anak-anak bukan milikmu, mereka milik HaShem (Elohim).”
Aku terus berlari.. di belakangku aku melihat orang-orang
dibantai di tanah, orang-orang yang digantung, orang-orang yang dipenggal, ini
seperti sebuah film… Sebagian dari mereka orang-orang yang aku kenal,
orang-orang yang dekat kepadaku, sebagian orang-orang asing.
Dan kemudian aku mendengar suara ini yang berteriak keras,
“Nubuat!” Seperti sebelumnya: “Nubuat! Nubuat! Mashiach sangat segera!
Mashiach sangat segera!”
Aku berkata kepada orang-orang, “Lari! Lari! Ayo terus
berlari!” Dan aku berlari dan berlari, itu sampai kepada titik dimana
orang-orang menginjak-injak mayat-mayat orang-orang lain supaya dapat terus
berlari. Dan aku berlari, mulai terus berlari, berlari dan berlari bahkan tanpa
tahu di mana.
Berlari dan berlari untuk mencari keluargaku, dan untuk
berusaha bagaimana menolong mereka. Aku tahu bahwa akan ada sesuatu yang sangat
berat di depan. Aku melihat ibuku dan aku berteriak kepadanya, “Ibu, terus
lari! Ibu, tetaplah berlari!”
Sementara aku melewati seluruh kerumunan orang-orang ini, aku
dapat merasakan tingkat spiritual setiap individu di dalam kerumunan ini. Aku
dapat mengetahui level kerohanian semua orang secara keseluruhan dan
individual, dan kelompok-kelompok. Ini sulit untuk dijelaskan. Seperti suatu
kelompok orang-orang tertentu, bagaimana tingkat spiritual mereka.
Lalu aku merasa bahwa aku perlu naik dari kelompok-kelompok
ini, tidak untuk menetap pada level mereka. Aku merasa seperti jika aku perlu
naik lebih tinggi, dan aku terus berlari.
Aku berusaha menolong mereka tapi aku tahu bahwa itu sia-sia
belaka. Aku perlu berteriak keras, “HaShem (YHWH) Dialah Elohim. HaShem (YHWH)
Dialah Elohim, tolong aku HaShem.” Aku terus berlari dengan tabah, lebih cepat
dan lebih cepat…
Lalu tiba-tiba aku jatuh ke dalam pegunungan besar ini…
Sementara aku melayang jatuh, aku memalingkan kepalaku ke arah surga, dan aku
melihat gambar Rabbi Ovadia, dan aku melihat bahwa Rabbi Ovadia sedang
memandang kepadaku. Dia sedang memandang kepadaku dengan kehangatan yang sama
yang memeluk aku terakhir kalinya. Lalu dia berkata, “Segala sesuatu yang
terjadi kepadamu dan apa yang sedang terjadi adalah Emet (kebenaran).”
Aku melihat langit terbuka di atasku, dan bola-bola api mulai
menghujani. Dan bahwa aku sekarang berada di Yerusalem. Orang-orang mulai
terbakar sementara mereka mendekat ke pegunungan ini. Ada orang-orang yang
dapat memasuki pegunungan ini dan ada orang-orang yang tidak dapat memasuki
pegunungan ini. Aku melihat orang-orang di sekelilingku terbakar, sementara
bola-bola api jatuh menimpa mereka.
Am Yisrael, Waktu Penebusanmu Sudah Tiba!
Langit terbuka. Di bawah langit aku melihat semacam dua buah
awan yang seperti berputar spiral. Yang satu besar dan yang lebih kecil ada di
bawahnya. Aku melihat bahwa dari langit keluar semacam api… Ini sulit untuk
menemukan kata-kata untuk menggambarkan. Api keluar dari langit melalui
spiral-spiral ini dan itu menghujam daratan seperti letupan dan kemudian itu
meledak seperti suatu ledakan di daratan.
Dan kemudian dengan begitu lambat, api mulai membentuk Beit
HaMikdash(Bait Suci). Beit HaMikdash terbangun perlahan-lahan, sedikit demi
sedikit kemudian naik ke langit dan aku dapat melihat imam-imam berjalan
kesana-kemari di dalamnya.
Momen ketika Beit HaMikdash mulai terangkat tinggi ke atas,
aku memperhatikan bagaimana seluruh orang-orang di sekelilingku, seperti halnya
aku, seperti dipaksa untuk memalingkan punggung kami menjauh dari memandang
kepada Shechinah (Kehadiran Ilahi). Mustahil untuk memandang kepada Shechinah,
tapi kita dapat secara pasti merasakannya, pancaran terangnya! Mustahil untuk
menggambarkannya dalam kata-kata, suatu perasaan yang luar biasa.
Lalu aku mendengar suara ini keluar dari surga dan
berkata, “Am Yisrael (Bangsa Israel), waktu penebusanmu (Geulah) sudah
tiba! Am Yisrael, waktu penebusanmu sudah tiba!”
Dan sementara aku mendengarkan ini, aku menyaksikan Beit
HaMikdash… Aku tahu bahwa Beit HaMikdash terbangun secara perlahan-lahan di
belakangku, tapi kami tidak dapat memalingkan wajah memandang Kehadiran Ilahi…
dan ini adalah pengalaman yang paling indah dari kehidupanku…
Jadi aku ingin mengucapkan kepada semuanya, bahwa kita akan
mendapat kemurahan untuk menyaksikan pembangunan Beit HaMikdash. Dan kepada
Mashiach Kebenaran kami dengan belas kasihan yang sempurna, datanglah segera di
dalam hari-hari kami. Amen!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar