NEW YORK – Warga negara Amerika Serikat (AS) nanti tidak akan
membutuhkan kartu identitas seperti KTP dan ATM. Pasalnya tubuh mereka akan
diimplan dengan microchip.
Wacana itu menimbulkan pro-kontra di negeri adidaya ini. Saat ini microchip sudah ada yang ditanam di tangan. Ke depan, microchip juga akan ditempatkan di otak. Laporan kontroversial tentang pemanfaatan microchip yang menggunakan system identifikasi frekuensi radio (radio-frequency identification/ RFID) itu tersebut disampaikan NBC.
Walaupun pemanfaatan microchip tersebut dilaporkan masih dalam tahap pengembangan atau uji coba secara berkalaterhadapsejumlahmanusia, kantor berita itu memprediksi semua warga AS akan dipasangi microchip pada 2017. Rencana pemasangan microchip secara umumterdapat dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS 4872 halaman 1.014 di bawah Registrasi Alat Kesehatan Nasional (National Medical Device Registry/ NMDR).
Namun banyak pihak tidak percaya dengan berita tersebut dan menganggapnya hanya sebagai teori konspirasi karenatidakdidukungbuktidan sumber tepercaya. Jika benar diwujudkan, pemasangan microchip tersebut akan mempermudah proses identifikasi individu secara instan. Keberadaannya bahkan akan menggeser alat transaksi fisik. Cara kerja microchip yang mempunyai kapasitas data hingga 2.000 bytes ini mirip barcode yang memerlukan alat pemindai. Dengan sinyal RFID, microchip tersebut dapat mengirimkan identitas pengguna ketika melintasi titik cek keamanan. Pengguna juga dapat membeli barang di toko tertentu secara praktis dan cepat. Jika pengguna diculik, otoritas keamanan dapat melacak secara lebih cepat dan akurat.
Microchip ini dinilai berguna bagi tentara dan wartawan perang. Pengguna microchip juga dapat membuka pintu rumah, mobil, atau laptop, dan akses menuju gedung atau bandara. Polisi dapat pula melacak dan membaca data mobil. Di rumah sakit, pihak administrasi dapat mencari dokter tanpa perlu bergantung terhadap pager . Di restoran, pihak penjual dapat membaca preferensi selera konsumen tanpa memerlukan kartu pelanggan.
Evgeny Chereshnev, karyawan cybersecurity Kapersky yang mengaku telah mengimplan microchip, mengatakan mengalami perubahan besar setelah memasang microchip di dalam tangannya. “Seminggu dua minggu rasanya memang aneh.
Lama-kelamaan saya mulai menyadari lupa bagaimana rasanya membawa lencana ke kantor atau bagaimana rasanya membuka pintu dengan kunci,” katanya. Jowan Oesterlund yang memasang microchip di tangannya sejak 2014 mengatakan hanya perlu melambaikan tangan untuk menyalakan atau mematikan alarm studio.
Oesterlund mengaku pemasangan microchip tidak sakit. Dia begitu yakin penggunaan microchip merupakan bagian dari kehidupan masa depan. “Dulu microchip hanya sebuah ejekan, tapi sekarang perusahaan multinasional ikut tertarik dengannya,” ujar dia. Microchip RFID mirip dengan microchip GPS yang dipasang di hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Saat ini microchip juga berhasil digunakan untuk mengawasi hewan ternak.
Para penggembala bisa melacak kambing, babi, dan kuda jika kabur dari ladang. Selain itu mereka dapat melihat nafsu makan hewan ternak yang menurun. Walaupun ada manfaatnya, banyakpihaklaincemas microchip bisa merugikan privasi mereka.
Pasalnya keberadaan microchip akan membuat pemerintah mampu melacak setiap pergerakan manusia ke mana pun merekapergi. Dengan microchip, pemerintah juga dapat mengendalikan uang dan makanan, bahkan diyakini mampu membunuh manusia dari jarak jauh.
Merespons kekhawatiran dampak negatif tersebut, beberapa negara bagian seperti Virginia dilaporkan sedang menggodok legislasi mengenai pencegahan pemasangan microchip RFID. Selain pro-kontra di kalangan warga, para ahli juga memperdebatkan kelayakan pemasangan microchip terhadap manusia. Mantan pengembang perangkat lunak Microsoft yang beralih menjadi penulis, Rames Naam, misalnya mendukung penggunaan implantasi microchip untuk membantu mengawasi masyarakat yang mengidap penyakit alzheimer.
“Microchip juga bisa digunakan untuk melacak aktivitas mantan narapidana selepas keluar dari lapas,” tuturnya. Juru Bicara (Jubir) Institut Teknik Eletrik dan Elektronik, Stu Lipoff, menilai microchip bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari seperti melacak pelaku kejahatan dan mengaktifkan pipa gas maupun membuka pintu apartemen.
“Microchip biasanya berfungsi dalam jarak dekat. Artinya penggunaan microchip secara nasional harus didukung dengan pemasangan infrastruktur semacam transponder di seluruh kota untuk membaca identitas pengguna,” jelasnya. Namun dia mengakui, sama seperti teknologi lain, microchip RFID memiliki kelemahan.
Keprihatinan mengenai kemampuan orang lain yang dapat mengakses informasi pribadi dan pelacakan terus berputar sejak FDA mengesahkan pemasangan microchip pada 2004. Pengguna microchip berpotensi mengalami penganiayaan, mulai dari pembajakan hingga mutilasi. Produser televisi AS Troy Dunn mengakui implantasi microchip akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah.
Namun dia menentang keras praktik penggunaannya bagi seluruh manusia. “Saya hanya mendukung chip GPS untuk mengawasi terdakwa saat berada di lapas atau anak-anak jika orang tuanya sangat perlu,” sebutnya. Sebagai jalan tengah, ada yang mengusulkan adanya kode PIN aktivasi microchip sehingga keamanan privasi pengguna tetap terjaga.
“Dalam jangka panjang, pemasangan microchip dapat membuatnya kurang intrusif daripada beberapa peleburan sistem ID yang biasanya bergantung terhadap biometrik fisik seperti sidik jari ataumata,” ujarLarryNiven, penulis buku Distraction Addiction dan penerima beasiswa di Universitas Stanford, Soojung- Kim Pang, seperti dikutip Foxnews.
“Pemasangan microchip sebaiknya menjadi pilihan pribadi. Tapi penumpasan kriminalitas akan jauh lebih mudah dengan menggunakan microchip,” imbuh Niven. Perusahaan onlinemicrochip Dangerous Thing menyatakan kepada AFP sejauh ini sedikitnya ada 10.000 manusia setengahmesindiseluruhdunia.
Microchip sebenarnya bukan fenomena baru. Eksperimen microchip pertama kali dilakukan pada 1998. Di Barcelona, Spanyol, microchip sudah menjadi tren sejak 2004.
Akan Diimplan di Otak
Pemasangan microchip ternyata tidak ribet dan membutuhkan biaya mahal. Dangerous Thing, misalnya, melayani jasa pemasangan microchip dengan tarif USD57. Operasi pemasangan tidak dilakukan di rumah sakit (RS), tetapi di toko tato atau tindik. “Kami melakukannya dari awal sampai akhir, sama seperti ketika kami memasang anting telinga, hidung, atau perut,” kata Ryan Mills dari Skin Art Gallery.
Namun semua risiko ditanggung pengguna jasa mengingat microchip tersebut tidak teruji atau tidak dilengkapi sertifikasi dari lembaga terkait untuk dipasang di tubuh manusia. Selain diimplan di tangan, rencananya microchip akan ditanam di otak. Universitas California sebagai salah satu lembaga yang menggagas eksperimen microchip menyebut pola tersebut sebagai neural dust. Mikrosensor itu hanya setebal rambut.
Dengan menggunakan perlengkapan khusus, neural dust bisa dimasukkan ke dalam korteks selebral. Energi utama teknologi tersebut ialah piezoelektrik sehingga tidak perlu diisi ulang. Berdasarkan laporan Naturalnews, neural dust mengandung complementary metal oxide semiconductor (CMOS) yang dapat mengawasi dan melacak aktivitas otak manusia.
Mikrosensor ini dapat digunakan untuk merawat penyakit kronis dengan lebih mudah. “Kita bisa mendeteksi, misalkan candu alkohol, dan melakukan stimulasi untuk menghentikannya,” kata profesor Universitas California Jose Carmena. Militer AS secara terbuka mengaku turut mendanai proyek komputerisasi otak untuk mengendalikan pikiran dan emosi manusia.
Wacana itu menimbulkan pro-kontra di negeri adidaya ini. Saat ini microchip sudah ada yang ditanam di tangan. Ke depan, microchip juga akan ditempatkan di otak. Laporan kontroversial tentang pemanfaatan microchip yang menggunakan system identifikasi frekuensi radio (radio-frequency identification/ RFID) itu tersebut disampaikan NBC.
Walaupun pemanfaatan microchip tersebut dilaporkan masih dalam tahap pengembangan atau uji coba secara berkalaterhadapsejumlahmanusia, kantor berita itu memprediksi semua warga AS akan dipasangi microchip pada 2017. Rencana pemasangan microchip secara umumterdapat dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS 4872 halaman 1.014 di bawah Registrasi Alat Kesehatan Nasional (National Medical Device Registry/ NMDR).
Namun banyak pihak tidak percaya dengan berita tersebut dan menganggapnya hanya sebagai teori konspirasi karenatidakdidukungbuktidan sumber tepercaya. Jika benar diwujudkan, pemasangan microchip tersebut akan mempermudah proses identifikasi individu secara instan. Keberadaannya bahkan akan menggeser alat transaksi fisik. Cara kerja microchip yang mempunyai kapasitas data hingga 2.000 bytes ini mirip barcode yang memerlukan alat pemindai. Dengan sinyal RFID, microchip tersebut dapat mengirimkan identitas pengguna ketika melintasi titik cek keamanan. Pengguna juga dapat membeli barang di toko tertentu secara praktis dan cepat. Jika pengguna diculik, otoritas keamanan dapat melacak secara lebih cepat dan akurat.
Microchip ini dinilai berguna bagi tentara dan wartawan perang. Pengguna microchip juga dapat membuka pintu rumah, mobil, atau laptop, dan akses menuju gedung atau bandara. Polisi dapat pula melacak dan membaca data mobil. Di rumah sakit, pihak administrasi dapat mencari dokter tanpa perlu bergantung terhadap pager . Di restoran, pihak penjual dapat membaca preferensi selera konsumen tanpa memerlukan kartu pelanggan.
Evgeny Chereshnev, karyawan cybersecurity Kapersky yang mengaku telah mengimplan microchip, mengatakan mengalami perubahan besar setelah memasang microchip di dalam tangannya. “Seminggu dua minggu rasanya memang aneh.
Lama-kelamaan saya mulai menyadari lupa bagaimana rasanya membawa lencana ke kantor atau bagaimana rasanya membuka pintu dengan kunci,” katanya. Jowan Oesterlund yang memasang microchip di tangannya sejak 2014 mengatakan hanya perlu melambaikan tangan untuk menyalakan atau mematikan alarm studio.
Oesterlund mengaku pemasangan microchip tidak sakit. Dia begitu yakin penggunaan microchip merupakan bagian dari kehidupan masa depan. “Dulu microchip hanya sebuah ejekan, tapi sekarang perusahaan multinasional ikut tertarik dengannya,” ujar dia. Microchip RFID mirip dengan microchip GPS yang dipasang di hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Saat ini microchip juga berhasil digunakan untuk mengawasi hewan ternak.
Para penggembala bisa melacak kambing, babi, dan kuda jika kabur dari ladang. Selain itu mereka dapat melihat nafsu makan hewan ternak yang menurun. Walaupun ada manfaatnya, banyakpihaklaincemas microchip bisa merugikan privasi mereka.
Pasalnya keberadaan microchip akan membuat pemerintah mampu melacak setiap pergerakan manusia ke mana pun merekapergi. Dengan microchip, pemerintah juga dapat mengendalikan uang dan makanan, bahkan diyakini mampu membunuh manusia dari jarak jauh.
Merespons kekhawatiran dampak negatif tersebut, beberapa negara bagian seperti Virginia dilaporkan sedang menggodok legislasi mengenai pencegahan pemasangan microchip RFID. Selain pro-kontra di kalangan warga, para ahli juga memperdebatkan kelayakan pemasangan microchip terhadap manusia. Mantan pengembang perangkat lunak Microsoft yang beralih menjadi penulis, Rames Naam, misalnya mendukung penggunaan implantasi microchip untuk membantu mengawasi masyarakat yang mengidap penyakit alzheimer.
“Microchip juga bisa digunakan untuk melacak aktivitas mantan narapidana selepas keluar dari lapas,” tuturnya. Juru Bicara (Jubir) Institut Teknik Eletrik dan Elektronik, Stu Lipoff, menilai microchip bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari seperti melacak pelaku kejahatan dan mengaktifkan pipa gas maupun membuka pintu apartemen.
“Microchip biasanya berfungsi dalam jarak dekat. Artinya penggunaan microchip secara nasional harus didukung dengan pemasangan infrastruktur semacam transponder di seluruh kota untuk membaca identitas pengguna,” jelasnya. Namun dia mengakui, sama seperti teknologi lain, microchip RFID memiliki kelemahan.
Keprihatinan mengenai kemampuan orang lain yang dapat mengakses informasi pribadi dan pelacakan terus berputar sejak FDA mengesahkan pemasangan microchip pada 2004. Pengguna microchip berpotensi mengalami penganiayaan, mulai dari pembajakan hingga mutilasi. Produser televisi AS Troy Dunn mengakui implantasi microchip akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah.
Namun dia menentang keras praktik penggunaannya bagi seluruh manusia. “Saya hanya mendukung chip GPS untuk mengawasi terdakwa saat berada di lapas atau anak-anak jika orang tuanya sangat perlu,” sebutnya. Sebagai jalan tengah, ada yang mengusulkan adanya kode PIN aktivasi microchip sehingga keamanan privasi pengguna tetap terjaga.
“Dalam jangka panjang, pemasangan microchip dapat membuatnya kurang intrusif daripada beberapa peleburan sistem ID yang biasanya bergantung terhadap biometrik fisik seperti sidik jari ataumata,” ujarLarryNiven, penulis buku Distraction Addiction dan penerima beasiswa di Universitas Stanford, Soojung- Kim Pang, seperti dikutip Foxnews.
“Pemasangan microchip sebaiknya menjadi pilihan pribadi. Tapi penumpasan kriminalitas akan jauh lebih mudah dengan menggunakan microchip,” imbuh Niven. Perusahaan onlinemicrochip Dangerous Thing menyatakan kepada AFP sejauh ini sedikitnya ada 10.000 manusia setengahmesindiseluruhdunia.
Microchip sebenarnya bukan fenomena baru. Eksperimen microchip pertama kali dilakukan pada 1998. Di Barcelona, Spanyol, microchip sudah menjadi tren sejak 2004.
Akan Diimplan di Otak
Pemasangan microchip ternyata tidak ribet dan membutuhkan biaya mahal. Dangerous Thing, misalnya, melayani jasa pemasangan microchip dengan tarif USD57. Operasi pemasangan tidak dilakukan di rumah sakit (RS), tetapi di toko tato atau tindik. “Kami melakukannya dari awal sampai akhir, sama seperti ketika kami memasang anting telinga, hidung, atau perut,” kata Ryan Mills dari Skin Art Gallery.
Namun semua risiko ditanggung pengguna jasa mengingat microchip tersebut tidak teruji atau tidak dilengkapi sertifikasi dari lembaga terkait untuk dipasang di tubuh manusia. Selain diimplan di tangan, rencananya microchip akan ditanam di otak. Universitas California sebagai salah satu lembaga yang menggagas eksperimen microchip menyebut pola tersebut sebagai neural dust. Mikrosensor itu hanya setebal rambut.
Dengan menggunakan perlengkapan khusus, neural dust bisa dimasukkan ke dalam korteks selebral. Energi utama teknologi tersebut ialah piezoelektrik sehingga tidak perlu diisi ulang. Berdasarkan laporan Naturalnews, neural dust mengandung complementary metal oxide semiconductor (CMOS) yang dapat mengawasi dan melacak aktivitas otak manusia.
Mikrosensor ini dapat digunakan untuk merawat penyakit kronis dengan lebih mudah. “Kita bisa mendeteksi, misalkan candu alkohol, dan melakukan stimulasi untuk menghentikannya,” kata profesor Universitas California Jose Carmena. Militer AS secara terbuka mengaku turut mendanai proyek komputerisasi otak untuk mengendalikan pikiran dan emosi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar