Ini adalah kesaksian seorang Muslim sejati yang dahulunya taat
sekali terhadap ajaran Islam. Sekarang dipanggil Tuhan Yesus menjadi salah satu
tentara-Nya atau salah satu ujung tombak dalam menghadapi tanya jawab dengan
tokoh Muslim dunia lainnya.
Nabeel Qureshi : “Saya merasa seakan-akan bergelut dengan hal
ini. Karena pada saat ini, semua pembicaraan tentang Islam sebagai agama yang
damai, bertentangan dengan gambar visual hidup dimana orang-orang membunuh
dengan mengatasnamakan Allah SWT.”
Sejak kecil Nabel Qureshi menjadi Muslim yang taat. Dia
dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dari sekte Islam yang damai.
Nabeel Qureshi : “Ada slogan didalam sekte ini, yaitu :
‘Mengasihi semua orang dan tidak membenci siapapun.’ Saat saya bertumbuh besar
saya diajarkan untuk mengasihi semua orang.”
Nabeel Qureshi menempuh imannya dengan sungguh-sungguh. Ia
melakukan Sholat 5x sehari, menghafal Quran dalam bahasa Inggris dan Arab. Dia
bertekat untuk membuktikan bahwa hanya Islam agama yang benar, terutama kepada
orang Kristen.
Nabeel Qureshi : “Ketika saya menantang mereka tentang
kebenaran Alkitab atau saat saya menantang mereka tentang keilahian atau
penyaliban, saat saya menantang mereka didalam trinitas, mereka tidak akan punya
jawaban. Dan mereka akan mulai mundur cepat kedalam ranah ‘Iman.’ Saya hanya
percaya kepada Iman dan saya berpikir, ‘Okelah, kamu menggunakan istilah kata
Iman dimana saya menggunakan kata, tidak peduli.’ ”
Kemudian di tahun pertamanya kuliah, dia melihat sisi lain
dari agamanya.
Nabeel Qureshi : “Saya harus menjawab untuk diriku sendiri,
Apakah Islam sebenarnya ? Apakah ini yang telah diajarkan kepadaku ? Apakah
seperti yang diceritakan oleh orang-orang ini ? Tentu saja aku sangat yakin
dengan apa yang telah diajarkan kepadaku. Islam itu damai. Akan tetapi
bagaimana aku menjelaskan apa yang terjadi di media TV ?”
Nabeel Qureshi bergumul dengan gambar-gambar kekerasan Islam
dan ia merenung selama berbulan-bulan. Lalu setahun kemudian dia bertemu dengan
temannya David, seorang Kristen. Seperti David, dia tahu bagaimana mempertahankan iman Kristennya melalui logika dan alasannya.
Nabeel Qureshi : “David mampu memberiku alasan untuk percaya
Alkitab. Alasan bahwa Alkitab tidak pernah berubah. Itu Firman yang diilhami
oleh Tuhan. Bahwa Kanon Alkitab terdiri dari 66 Kitab dan itu benar-benar harus
ada didalam Alkitab.
Tidak perlu kitab lain yang perlu ada didalam kumpulan
tersebut. Dia telah memikirkan mengenai hal ini.”
Meskipun berbeda pendapat Nabeel dan David berteman, selama 3
tahun berikutnya mereka sering berdebat masalah agama. Nabeel berpegang teguh
kepada keyakinan Islam dan David mempertahankan iman Kristen. Akan tetapi
Nabeel Qureshi kehabisan argumentasi.
Nabeel Qureshi : “Setiap kali saya mulai memberikan alasan
bagi dia, saat itulah dia menunjukkan kelemahan didalam penalaran saya.”
Hal itu menjadi semakin jelas saat Nabeel membandingkan
Alkitab dan Quran. Dan melihat lebih dekat ajaran Muhammad.
Nabeel Qureshi : “Hal ini menjadi semakin jelas, mengapa
orang-orang menjadi begitu kejam dalam mempraktekkan Islam, karena ajaran asli
Muhammad. Ada beberapa ajaran yang sangat kejam ditemukan didalam tradisi
Islam. Saya mencoba membela Islam kepada temanku yang Kristen. Saya mencoba
menjelaskan kepadanya kenapa Islam adalah agama yang damai, kenapa wanita
diberi hak yang sederajat. Semua hal-hal inilah yang saya percaya dan yang
harus aku pertahankan. Dan saya gagal total karena tidak adanya pertahanan.”
Nabeel Qureshi melihat satu-satunya kesimpulan logis, bahwa
Yesus adalah anak Allah. Akan tetapi dengan mengakui itu berarti dia melawan
semua yang pernah dia yakini.
Nabeel Qureshi : “Penghujatan terbesar didalam Ialam adalah
menyembah selain Allah SWT. Jika ada kesempatan bahwa Islam bisa salah, ini
akan menjadi masalah besar ! Itu pasti akan mengguncang duniaku. Dan itu
terjadi ! Dan itu membuatku jatuh berlutut dan mulai bertanya, ‘Tuhan, siapakah
Engkau ?’ ”
Didalam tradisi Islam, Nabeel minta Tuhan menunjukkan
kebenaran melalui mimpi. Tuhan memberikan tiga mimpi kepada Nabeel Qureshi.
Salah satunya memberikan dampak yang mendalam.
Nabeel Qureshi : “Saya berdiri diambang pintu yang sempit.
Dan lebar pintu itu hanya cukup untuk saya masuki dan tingginya pas sekali
setinggi diriku untuk kumasuki. Nuansa yang paling menyedihkan dalam mimpi itu
adalah begitu sempitnya pintu itu. Saya hampir tidak bisa muat didalamnya. Dan
disisi lain dari pintu itu adalah ruangan yang telah ditetapkan untuk suatu
pesta. Saya tahu bahwa ruangan itu adalah Sorga. Saya tahu bahwa saya harus
masuk kedalam ruangan itu jika saya ingin berada di Sorga.”
Catatan : Didalam kesempatan lain Nabeel bercerita
bahwa didalam ruangan itu dia melihat temannya David dan banyak orang lainnya
sedang bersiap dalam suatu pesta dimana hidangan sudah siap.
Kemudian Nabeel membaca ayat didalam Alkitab yang menegaskan
mimpinya. Ia meyakini kebenarannya, dunianya hancur. Mencari penghiburan,
Nabeel mengambil Quran.
Nabeel Qureshi : “Saya mengeluarkan Quran dan mulai membaca
melalui halaman-halamannya. Dan itu sangat mencengangkan bahwa tak satupun ayat
didalam Quran yang dirancang untuk menghibur seseorang yang sedang tersakiti,
tidak satupun ! Kemudian saya singkirkan Quran dan mengambil Alkitab. Saya
membaca Matius. Dan tidak perlu waktu lama untuk menemukan Matius 5 yang
mengatakan ‘Diberkatilah mereka yang berduka cita, sebab mereka akan dihibur.’
Kemudian saya berkata kepada Tuhan, ‘Tuhan saya tahu apa yang Kau ingin saya
lakukan. Akan tetapi saya butuh waktu untuk meratapi semua ini. Saya hanya
butuh waktu untuk bersedih.’ Saya langsung jatuh cinta dengan Alkitab saat itu.
Serasa Tuhan telah menuliskan Firman itu khusus untuk diriku. Dia sudah tahu
2000 tahun yang lalu bahwa saya butuh penghiburan pada situasi seperti ini. Dia
tahu bahwa saya akan membawa kitab Matius dan Dia meletakkan ayat Matius itu
untukku. Akhirnya kukatakan, ‘Baiklah ini nyata, inilah Firman Tuhan !’ Inilah
iman dimana kebenaran ditemukan. Dan saat itulah akhirnya, dengan membaca
Alkitab aku menerima Kristus.”
Nabeel Qureshi mulai menceritakan kepada orang-orang tentang
iman barunya, termasuk kedua orang tuanya. Nabeel berkata, kedua orangtuanya
kecewa akan tetapi masih mencintai anaknya. Dia berdoa bahwa pada suatu saat
nanti mereka akan menerima Kristus.
Nabeel Qureshi : “Agar mereka menerima Dia, sehingga mereka
bisa bersamaNya selama-lamanya. Sehingga kami semua bisa bersama-sama untuk
selama-lamanya. Aku tidak bisa bayangkan, sejujurnya aku tidak mampu
membayangkan pergi ke gereja bersama keluargaku. Aku berharap suatu hari nanti
ayah dan ibuku bisa beribadah disampingku. Saya sama sekali tidak bisa berpikir
karena aku baru saja putus hubungan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar