Protes Anti Chip Implan di AS
Banyak orang mencurigai chip RFID akan merupakan media yang
digunakan oleh Antikristus, untuk memberi tanda kepada banyak orang seperti
dinubuatkan di Wahyu 13:16.
“Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau
besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya
atau pada dahinya,” (Wah 13:16)
Chip RFID yang ditanam di lengan manusia, memang telah lama
digunakan untuk tujuan medis dan telah digunakan pada para pasien penderita
diabetes di Amerika Serikat. Belakangan juga diterapkan untuk tujuan keamanan
di sejumlah negara maju. Namun walaupun penggunaan chip ini makin banyak di
seluruh dunia, banyak kalangan menentang pemakaian chip ini karena alasan
kesehatan, privasi dan yang terutama karena alasan eskatologi (menyangkut
nubuat antikristus).
Untuk alasan kesehatan pihak departemen Pengawas Obat dan
Makanan Amerika Serikat (USFDA) telah mengeluarkan ijin pemakaian chip RFID
sejak 2004. Namun kalangan Kristen yang jeli terus berkampanye untuk menentang
pemakaian chip yang dicurigai akan menjadi bencana bagi umat manusia di masa
depan, karena mengandung kutuk Firman Tuhan. Orang percaya diajarkan untuk
menolak tanda dari penguasa yang akan membawa murka Allah di akhir zaman. Kitab
Wahyu menyatakan setiap mereka yang menerima “tanda dari binatang itu”, baik di
tangan mereka atau di dahi mereka, akan terkena murka Allah.
“… Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan
menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur
murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan
disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di
depan mata Anak Domba. Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas
sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,
yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang
telah menerima tanda namanya” (Wah 14:9-11)
RFID CHIP untuk APLIKASI KEAMANAN NASIONAL
Sementara itu dalam kondisi ekonomi dan politik global yang
terus bergejolak, isu keamanan menjadi topik yang krusial, apalagi dengan
maraknya tindak terorisme dimana-mana. Pemerintah negara-negara maju melihat
peluang penggunaan RFID chip sebagai alat identifikasi yang canggih dan dapat
menyediakan solusi untuk melawan gerakan terorisme. Cepat atau lambat
negara-negara maju akan berusaha menerapkan sistem identifikasi warganya,
menggunakan teknologi microchip implan (chip yang ditanam pada tubuh manusia)
itu.
Chip RFID yang menggunakan teknologi gelombang radio itu
memang canggih. Berbeda dengan sistem barcode yang menggunakan laser yang harus
diarahkan ke kode bar, sistem RFID ini jauh lebih praktis dan lebih cepat dalam
memberikan data untuk sejumlah besar obyek di sekitar alat pemindai (scanner).
Implant Chip Seukuran Butir Beras buatan Verichip
Implant Chip buatan Verichip – yang mempunyai ukuran sebesar
butir beras – sangat menjanjikan untuk aplikasi kependudukan dan keamanan.
Sebagai contoh, bila beribu-ribu orang berada di sebuah stadion atau alun-alun
tengah berdemo, dan sebelumnya setiap orang telah didata dan mengenakan RFID
chip pada tubuh mereka, maka alat pemindai dari pemerintah yang ada di sekitar
tempat itu akan dapat mendeteksi siapa saja mereka yang terlibat dalam demo
itu, dan berapa orang yang ada disana pada saat itu. Siapa saja yang keluar
dari lapangan itu dan siapa yang bertindak anarkis disana. Topeng atau masker
tidak akan menghalangi alat pemindai mengenali identitas mereka.
Sebagian masyarakat barat yang sadar privasi mereka terancam
menolak penggunaan chip ini pada tubuh mereka. Sebagian lain yang menolak
pemakaian chip ini adalah orang-orang Kristen yang mengerti pesan kitab Wahyu
yang menubuatkan tentang “Mark of the Beast” (Tanda dari “Si binatang”) yang
tidak lain adalah Antikristus penguasa akhir zaman yang akan memberi tanda pada
tangan dan dahi banyak orang dan akan menyesatkan mereka.
Untuk dapat menerapkan sistem chip RFID kepada penduduknya,
pemerintah negara-negara maju melakukan banyak kampanye dan promosi. Penyebaran
wacana juga dilakukan melalui konferensi dan seminar-seminar. Namun usaha semi
pemaksaan juga mulai muncul seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Kebijakan
presiden Obama dalam bidang Kesehatan yang dikenal sebagai ObamaCare
menyinggung masalah penerapan “National Medical Device Registry” yang dicurigai
banyak orang akan berujung pada pemasangan implant Chip RFID untuk setiap warga
AS yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan di negara itu. Sebagian warga AS
yang ‘melek’ akan nubuat-nubuat Alkitab berreaksi negatif dan siap menolak bila
yang mereka curigai itu benar-benar terjadi.
KONFERENSI LANGKA TENTANG TATOO
Sementara itu ditengah maraknya penolakkan terhadap
penggunaan Implant Chip oleh kelompok-kelompok Kristen di berbagai belahan
dunia. Vatican baru-baru ini (Desember 2011) menyelenggarakan suatu konferensi
langka yang membahas budaya pemberian tanda permanen (tatoo) pada tangan dan
dahi sebagai tanda keimanan.
Duta Besar Israel untuk Vatican Mordechay Lewy, bersama
pejabat-pejabat Vatican membahas mengenai Tatoo permanen untuk peziarah
Yerusalem. Ada kesamaan budaya mentatoo diri antara peziarah di Yerusalem dan
para peziarah di Loreto, kota di Itali yg diyakini sebagai kota Maria (house of
Mary) di abad pertengahan.
Paus Benediktus XVI dan Duta Besar Lewy dalam Konferensi
langka tentang Tatoo
Entah apa motivasi di balik studi ini, namun mereka sangat
serius dan membuka konferensi internasional yang melibatkan peserta dari
Israel, Eropa, Amerika Utara, dan New Zealand. Konferensi yg berjudul “Into the
Skin: Identity, Symbols and History of Permanent Body Marks.” melibatkan para
theolog, pakar kesehatan dan para diplomat.
Dalam konferensi itu Guido Guerzoni, professor dari Milan’s
Bocconi University menyatakan bahwa mentatoo diri merupakan bentuk dari
pengorbanan peziarah terhadap iman mereka. “A Christian pilgrimage tattoo was ”
a small martyrdom — a public shedding of blood” for one’s faith” kata Guerzoni.
“A devotional tattoo was a sign of unshakable, immovable faith,” lanjutnya
lagi.
Sementara itu Duta Besar Lewy menyatakan: dalam sejarah orang2
Kristen Coptik, dan orang Ethiopia serta komunitas Armenia di tanah suci, biasa
mentato diri mereka pada pergelangan tangan atau pada dahi mereka.
Apa tujuan studi ini tidak diungkap oleh Catholic News
Service, mungkin untuk memberi wacana kepada banyak orang bahwa memberi tanda
di tangan dan di dahi bukanlah hal baru dan merupakan tradisi yang sudah turun
temurun dianut oleh orang-orang yang paling taat secara agama. Mengapa topik
ini begitu serius diwacanakan? apakah rencana memberi tanda pada tangan dan
dahi sudah begitu dekat ?
Waspadalah, waktunya untuk penggenapan segala nubuat sudah
begitu dekat.
“Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu
menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini ?.” (Lukas 12:56)
Tanda-tanda demikian jelas, Sadarlah dan Berjaga-jagalah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar