Bersiap-siap menyambut kedatangan Juruselamat kita. Shalom! Maranatha! Pujian kepada Tuhan Allah kita Yesus Kristus, yang sebentar lagi datang.
Penglihatan
ini diberikan Bapa sekitar 3 hari yang lalu, yang atas perintah-Nya saya
tuliskan.
Pagi hari,
saya sedang berada di mobil. Saat saya menutup mata, saya mendapati Allah
memberikan penglihatan kepada saya. Saya berada dalam tubuh roh saya, berdiri
di tengah sebuah jalan raya.
Mencekam.
Menekan. Mengerikan.Tidak ada harapan.
Kata-kata
tersebut-lah yang pertama terlintas di benak saya ketika saya melihat ke
sekeliling dalam tubuh roh saya. Orang-orang berlarian ke mana-mana sambil
berteriak-teriak histeris seakan-akan dikejar sesuatu. Muncul sekelompok orang
yang mengejar orang-orang yang lari. Saya merasakan perasaan menekan yang amat
sangat dari para pengejar tersebut. Ada satu orang yang tertangkap dan ia dipaksa
berlutut oleh si penangkap, dan orang tersebut dipancung kepalanya di tempat
dengan menggunakan semacam senjata tajam yang tidak saya lihat dengan jelas.
Saya kemudian
segera menyadari penglihatan ini berbicara tentang masa Tribulasi, di mana
para antikris berkuasa dan melakukan pembantaian besar-besaran pada pengikut
Kristus yang tertinggal Pengangkatan.
Penglihatan
berlanjut dengan pergantian scene. Saya berada di jalan raya yang sama
dengan suasana yang berbeda. Saya menyadari bumi tempat saya berpijak
terbelah-belah, seakan baru saja terjadi gempa dashyat. Saya kembali melihat
orang berlarian dengan berteriak histeris. Ada seseorang yang
berlutut mengangkat kedua tangan ke atas dan menengadahkan kepala,
berteriak-teriak, “Tuhan! Tuhan! Mengapa saya tertinggal? Mengapa Kau tidak
mengajakku? Mengapa saya tertinggal? Bawa saya, Tuhan, bawa saya!!”
Saya sadar
bahwa yang baru saya lihat merupakan kejadian pasca Pengangkatan, di mana orang
berseru-seru karena baru menyadari bahwa ia tertinggal—yang sayangnya sudah
terlambat.
Kembali, scene berganti.
Saya melihat banyak orang berlarian. Kemudian, pandangan saya difokuskan Tuhan
ke seseorang –seorang laki-laki muda, kalau tidak salah—yang sedang berlari kencang.
Ia terus dan terus berlari sambil sesekali melihat ke atas. Saat itu, Tuhan
membuat saya melihat dari sudut pandang orang tersebut. Ketika ia melihat ke
atas, saya melihat suatu bongkahan batu berapi menyala-nyala yang sangat,
sangat besar, melayang di langit hendak menghujam ke bumi.
Di situlah
saya segera teringat akan Kitab Wahyu yang berbicara soal bintang yang akan
jatuh ke bumi.
Pengelihatan
pertama selesai.
Berikut
merupakan penglihatan yang baru saya dapat kemarin, sesaat sebelum saya tidur.
Saya kembali
berada dalam tubuh roh saya, anak kecil berusia 10 tahun. Tuhan Yesus ada di
samping saya. Menengok ke arah-Nya, saya melihat raut wajah-Nya menyiratkan
ketegasan dan kekhawatiran. Ia menengok balik ke arah saya dan berkata, “Tenanglah
anak-Ku. Aku akan menunjukkanmu sesuatu.”
Kemudian
Ia kembali mengarahkan pandangan ke depan. Saya pun ikut melihat ke depan, dan
saya menyadari saya berada di sebuah kota dengan suasana malam. Saya dan Tuhan
berdiri di atas atap sebuah gedung. Sejenak kami berdiam. Tuhan lalu memandang
ke arah saya dan mengangguk lembut. Seketika, atmosfir ketenangan kota tersebut
diluluh-lantakkan oleh bergoncangnya bumi dengan sangat dahsyat!
Saya merasa
takut walau kami tidak terpengaruh oleh goncangan tersebut. “Tenanglah,
anak-Ku. Tenanglah,”kata-Nya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum lembut.
Menggenggam tangan Tuhan erat-erat, saya menyaksikan kota yang tadinya megah
tersebut hancur dalam hitungan detik. Bangunan-bangunan mulai runtuh dan
orang-orang dengan panik dan histeris berlarian keluar ke jalan-jalan.
Gempa masih
berlangsung, tanah mulai terbelah-belah. Perlahan-lahan, saya melihat
orang-orang mulai mengambang dan terangkat ke angkasa. Langit terlihat seperti
terbelah dan cahaya terang berbentuk lingkaran menyambar ke bawah bumi. Dalam
sekejap mata, saya melihat orang-orang yang mengambang tersebut menghilang
begitu saja.
Tidak lama
setelahnya, gempa mulai berhenti. Tuhan mengajak saya turun ke jalan raya dan kami mulai
berjalan menyusurinya. “Aku ingin kamu saksikan ini,” Ia berkata.
Jalan
terbelah-belah, bangunan-bangunan –yang sepertinya pertokoan- di samping kiri
dan kanan jalan rata dengan tanah, bila ada yang masih tersisa, bangunan
tersebut tinggal puing-puing.
Orang-orang
berlarian sambil berteriak-teriak –kali ini saya dapat mendengar teriakan
mereka- dalam bahasa asing yang tidak saya ketahui, namun entah bagaimana, saya
dapat mengerti artinya. “Mana anakku? Anakku? Oh, di mana, ke mana
anakku pergi?!” salah satu dari mereka berteriak.
Kendaraan-kendaraan
mogok di jalan-jalan dengan kondisi ringsek sana-sini. Kami terus berjalan
hingga melewati seorang perempuan muda yang memegangi perutnya,
berteriak-teriak, “Ke mana bayiku? Bayiku hilang! Bayiku hilang!!”
Tuhan
kemudian melihat ke arah saya dan berkata, “Sudah cukup.” sambil mengangguk.
Penglihatan
selesai.
Setelahnya,
dari pembicaraan saya dan Tuhan, saya mengetahui bahwa yang baru saya saksikan
adalah kejadian saat Pengangkatan. Akan ada begitu banyak orang yang
tertinggal. Tuhan berbicara dengan nada sedih dan pilu bahwa Ia tidak ingin
anak-anak-Nya menjalani masa Tribulasi yang dipimpin oleh para antikris.
Marilah kita bersiap-siap
menyambut kedatangan Mempelai kita, Saudara-saudara dalam Kristus.
1 Tesalonika
4:16-17
Sebab pada
waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala
Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati
dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesduah itu, kita yang hidup, yang
masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong
Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan
Tuhan.
Matius 24:44
Sebab itu,
hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak
kamu duga.
Matius 25:10
Akan tetapi,
waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka
yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin,
lalu pintu ditutup.
2 Petrus
3:14
Sebab itu,
saudara-saudaraku yang kekasih , sambil menantikan semuanya ini, kamu harus
berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya,
dalam perdamaian dengan Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar