Translate

Kamis, 07 Juli 2016

PENGLIHATAN TENTANG MASA TRIBULASI DAN PENGANGKATAN OLEH BENEDICTUS HARVIAN


Bersiap-siap menyambut kedatangan Juruselamat kita. Shalom! Maranatha! Pujian kepada Tuhan Allah kita Yesus Kristus, yang sebentar lagi datang.

Penglihatan ini diberikan Bapa sekitar 3 hari yang lalu, yang atas perintah-Nya saya tuliskan.


Pagi hari, saya sedang berada di mobil. Saat saya menutup mata, saya mendapati Allah memberikan penglihatan kepada saya. Saya berada dalam tubuh roh saya, berdiri di tengah sebuah jalan raya.

Mencekam. Menekan. Mengerikan.Tidak ada harapan.  

Kata-kata tersebut-lah yang pertama terlintas di benak saya ketika saya melihat ke sekeliling dalam tubuh roh saya. Orang-orang berlarian ke mana-mana sambil berteriak-teriak histeris seakan-akan dikejar sesuatu. Muncul sekelompok orang yang mengejar orang-orang yang lari. Saya merasakan perasaan menekan yang amat sangat dari para pengejar tersebut. Ada satu orang yang tertangkap dan ia dipaksa berlutut oleh si penangkap, dan orang tersebut dipancung kepalanya di tempat dengan menggunakan semacam senjata tajam yang tidak saya lihat dengan jelas.

Saya kemudian segera menyadari penglihatan ini berbicara tentang masa Tribulasi, di mana para antikris berkuasa dan melakukan pembantaian besar-besaran pada pengikut Kristus yang tertinggal Pengangkatan.


Penglihatan berlanjut dengan pergantian scene. Saya berada di jalan raya yang sama dengan suasana yang berbeda. Saya menyadari bumi tempat saya berpijak terbelah-belah, seakan baru saja terjadi gempa dashyat. Saya kembali melihat orang berlarian dengan berteriak histeris. Ada seseorang yang berlutut mengangkat kedua tangan ke atas dan menengadahkan kepala, berteriak-teriak, “Tuhan! Tuhan! Mengapa saya tertinggal? Mengapa Kau tidak mengajakku? Mengapa saya tertinggal? Bawa saya, Tuhan, bawa saya!!”

Saya sadar bahwa yang baru saya lihat merupakan kejadian pasca Pengangkatan, di mana orang berseru-seru karena baru menyadari bahwa ia tertinggal—yang sayangnya sudah terlambat.

Kembali, scene berganti. Saya melihat banyak orang berlarian. Kemudian, pandangan saya difokuskan Tuhan ke seseorang  –seorang laki-laki muda, kalau tidak salah—yang sedang berlari kencang. Ia terus dan terus berlari sambil sesekali melihat ke atas. Saat itu, Tuhan membuat saya melihat dari sudut pandang orang tersebut. Ketika ia melihat ke atas, saya melihat suatu bongkahan batu berapi menyala-nyala yang sangat, sangat besar, melayang di langit hendak menghujam ke bumi.

Di situlah saya segera teringat akan Kitab Wahyu yang berbicara soal bintang yang akan jatuh ke bumi.


Pengelihatan pertama selesai.


Berikut merupakan penglihatan yang baru saya dapat kemarin, sesaat sebelum saya tidur.

Saya kembali berada dalam tubuh roh saya, anak kecil berusia 10 tahun. Tuhan Yesus ada di samping saya. Menengok ke arah-Nya, saya melihat raut wajah-Nya menyiratkan ketegasan dan kekhawatiran. Ia menengok balik ke arah saya dan berkata, “Tenanglah anak-Ku. Aku akan menunjukkanmu sesuatu.”

 Kemudian Ia kembali mengarahkan pandangan ke depan. Saya pun ikut melihat ke depan, dan saya menyadari saya berada di sebuah kota dengan suasana malam. Saya dan Tuhan berdiri di atas atap sebuah gedung. Sejenak kami berdiam. Tuhan lalu memandang ke arah saya dan mengangguk lembut. Seketika, atmosfir ketenangan kota tersebut diluluh-lantakkan oleh bergoncangnya bumi dengan sangat dahsyat!
Saya merasa takut walau kami tidak terpengaruh oleh goncangan tersebut. “Tenanglah, anak-Ku. Tenanglah,”kata-Nya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum lembut. Menggenggam tangan Tuhan erat-erat, saya menyaksikan kota yang tadinya megah tersebut hancur dalam hitungan detik. Bangunan-bangunan mulai runtuh dan orang-orang dengan panik dan histeris berlarian keluar ke jalan-jalan.

Gempa masih berlangsung, tanah mulai terbelah-belah. Perlahan-lahan, saya melihat orang-orang mulai mengambang dan terangkat ke angkasa. Langit terlihat seperti terbelah dan cahaya terang berbentuk lingkaran menyambar ke bawah bumi. Dalam sekejap mata, saya melihat orang-orang yang mengambang tersebut menghilang begitu saja.

Tidak lama setelahnya, gempa mulai berhenti. Tuhan mengajak saya turun ke jalan raya dan kami mulai berjalan menyusurinya. “Aku ingin kamu saksikan ini,” Ia berkata.
Jalan terbelah-belah, bangunan-bangunan –yang sepertinya pertokoan- di samping kiri dan kanan jalan rata dengan tanah, bila ada yang masih tersisa, bangunan tersebut tinggal puing-puing.

Orang-orang berlarian sambil berteriak-teriak –kali ini saya dapat mendengar teriakan mereka- dalam bahasa asing yang tidak saya ketahui, namun entah bagaimana, saya dapat mengerti artinya. “Mana anakku? Anakku? Oh, di mana, ke mana anakku pergi?!” salah satu dari mereka berteriak.

Kendaraan-kendaraan mogok di jalan-jalan dengan kondisi ringsek sana-sini. Kami terus berjalan hingga melewati seorang perempuan muda yang memegangi perutnya, berteriak-teriak, “Ke mana bayiku? Bayiku hilang! Bayiku hilang!!”

Tuhan kemudian melihat ke arah saya dan berkata, “Sudah cukup.” sambil mengangguk.

 Penglihatan selesai.

Setelahnya, dari pembicaraan saya dan Tuhan, saya mengetahui bahwa yang baru saya saksikan adalah kejadian saat Pengangkatan. Akan ada begitu banyak orang yang tertinggal. Tuhan berbicara dengan nada sedih dan pilu bahwa Ia tidak ingin anak-anak-Nya menjalani masa Tribulasi yang dipimpin oleh para antikris.

Marilah kita bersiap-siap menyambut kedatangan Mempelai kita, Saudara-saudara dalam Kristus.


1 Tesalonika 4:16-17
Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesduah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Matius 24:44
Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Matius 25:10
Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.

2 Petrus 3:14
Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih , sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.


Tidak ada komentar: