Rick Joyner
Tanggal 16 Februari
1995 saya diberi sebuah mimpi. Di dalam mimpi itu saya melihat sepasukan besar
tentara neraka telah dilepaskan untuk melawan Gereja. Dua hari kemudian saya
diberi suatu penglihatan, dan di dalam penglihatan itu saya melihat gerombolan
Iblis itu lagi, tetapi secara sangat rinci.
Ada beberapa
aspek dari penglihatan itu yang sungguh-sungguh menjijikkan, tetapi saya
mencoba menyampaikannya persis sebagaimana saya telah melihatnya. Pekerjaan
kegelapan memang menjijikkan dalam artian yang sedalam-dalamnya, dan kita harus
mengenali bahwa sedemikianlah adanya.
Dalam bagian
pertama penglihatan itu saya melihat sejauh mana kejahatan telah mencengkeram
orang percaya, banyaknya orang Kristen yang dimanfaatkan oleh musuh, dan hal
yang harus dilakukan untuk membebaskan mereka . Pada bagian yang kedua dari
penglihatan itu saya melihat suatu gereja yang mulia dan bersatu bangkit
sebagai suatu pasukan yang besar dalam pertempuran antara terang dan gelap yang
paling penting sepanjang zaman. Pertempuran itu sudah mulai berkecamuk. Mimpi
dan penglihatan biasanya merupakan kiasan, dan sedang terjadi sekarang. Jika
anda mendengar suara Tuhan melalui penglihatan ini, jangan keraskan hatimu.
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Tuhan, dan bersiap-siaplah untuk
memasuki pertempuran.
PASUKAN
TENTARA IBLIS
Saya melihat
suatu pasukan iblis yang begitu besar sehingga tidak kelihatan ujung
pangkalnya. Pasukan itu terbagi dalam beberapa divisi dan setiap divisi membawa
panji yang berbeda. Divisi yang terutama dan paling berkuasa adalah
“Kecongkakan”, “Merasa Diri Paling Benar”, “Minta dihargai”,
“Ambisi-Mementingkan Diri Sendiri”, dan “Penghakiman yang Tidak Adil”. Tetapi
divisi yang paling besar adalah “ Kecemburuan” . Pemimpin pasukan yang besar
ini adalah “Pendakwa saudara-saudara kita“ itu sendiri. Saya tahu bahwa masih
ada lebih banyak divisi Iblis di luar batas penglihatan saya, tetapi
divisi-divisi itu adalah ujung tombak gerombolan neraka yang sekarang sedang
dilepaskan melawan gereja.
Senjata yang
dibawa gerombolan ini mempunyai nama-nama : pedangnya disebut “Intimidasi”;
tombaknya bernama “Pengkhianatan”; dan anak-anak panah mereka disebut
“Tuduhan”, “Gossip”, dan “Cari-cari kesalahan”. Para pemandu dan
kelompok-kelompok setan dengan nama-nama seperti “Penolakan”, “Kepahitan”,
“Ketidaksabaran”, “Tidak Mau Mengampuni”, dan “Hawa Nafsu” dikirim mendahului
pasukan ini untuk mempersiapkan serangan utama. Dalam hati saya tahu bahwa
gereja belum pernah menghadapi yang seperti ini sebelumnya.
Tugas utama
tentara ini adalah memecah belah. Mereka ditugaskan untuk penyerangan setiap
peringkat relasi : gereja dengan gereja lain, jemaat dengan gembala sidangnya,
suami dengan istri, anak-anak dengan orang tua, dan bahkan anak-anak satu sama
lain. Para pemandu dikirim untuk menetapkan lokasi celah-celah di gereja-gereja,
keluarga-keluarga, atau pribadi-pribadi yang dapat dimanfaatkan oleh penolakan,
kepahitan, hawa nafsu, dan seterusnya. Dan supaya mereka membuat keretakan yang
lebih besar lagi yang dapat dimanfaatkan oleh divisi yang sedang mendekat.
Bagian yang
paling mengejutkan dari penglihatan ini adalah gerombolan ini tidak mengendarai
kuda, tetapi mengendarai orang-orang Kristen . Kebanyakan di antara mereka
berpakaian rapi, terhormat, dan memiliki penampilan halus budi dan
berpendidikan. Mereka adalah orang-orang Kristen yang membuka diri terhadap
kuasa-kuasa kegelapan sampai ke suatu tingkat yang sedemikian rupa sehingga
musuh dapat memanfaatkan mereka sementara mereka sendiri beranggapan bahwa
mereka sedang dipakai Tuhan. Si pendakwa tahu bahwa rumah yang tercerai berai
tidak dapat bertahan, dan pasukan ini mewakili usaha finalnya untuk mencapai
suatu perpecahan di gereja sedemikian sehingga gereja akan berpaling dari kasih
karunia Tuhan.
PARA TAWANAN
Di belakang
divisi pertama berbaris banyak sekali orang Kristen lainnya yang merupakan
tawanan pasukan ini. Mereka semua terluka, dan dikawal oleh setan-setan kecil
yang bernama “takut”. Kelihatannya lebih banyak tawanan daripada setan-setan di
pasukan itu. Herannya, para tawanan itu masih memiliki pedang dan perisai
mereka, tetapi tidak menggunakannya. Sungguh mengejutkan melihat begitu banyak
yang dapat ditawan oleh begitu sedikit setan-setan “takut”, yang kecil ini.
Setan-setan ini sebenarnya dapat dengan mudah dimusnahkan atau diusir apabila
para tawanan mau menggunakan senjata-senjata mereka. Di atas tawanan, langit
menghitam dengan burung-burung pemakan bangkai yang disebut ‘depresi’ .
Makhluk-makhluk ini akan hinggap dibahu para tawanan dan memuntahkannya. Muntah
itu adalah ‘penuduhan’. Jika muntah itu mengenai seorang tawanan, dia akan
berdiri tegak dan berbaris sedikit lebih tegap untuk sementara waktu, tetapi
kemudian jatuh tertelungkup, lebih lemah dari sebelumnya. Sekali lagi, saya
heran mengapa para tawanan itu tidak membunuh burung-burung pemakan bangkai itu
dengan pedangnya, hal yang dengan mudah dapat mereka lakukan. Ada kalanya
seorang tawanan yang lemah karena tersandung dan jatuh. Begitu dia menyentuh
tanah, para tawanan lainnya akan menusuki dia dengan pedang, sambil mencaci
maki dia. Kemudian mereka akan memanggil burung-burung pemakan bangkai itu
untuk mulai memangsa orang yang jatuh itu bahkan sebelum dia mati. Sewaktu saya
memperhatikan, saya menyadari bahwa para tawanan ini menganggap muntah
Penuduhan itu adalah kebenaran dari Tuhan. Kemudian saya mengerti bahwa para
tawanan itu benar-benar beranggapan bahwa mereka sedang berbaris di pasukan
Tuhan ! Inilah sebabnya mereka tidak membunuh setan-setan ‘Takut’ yang kecil
itu, maupun burung-burung pemakan bangkai itu, mereka pikir makhluk-makhluk itu
adalah utusan Tuhan! Kegelapan dari awan burung-burung pemakan bangkai itu
membuat para tawanan sangat sukar melihat sehingga mereka dengan lugu menerima
segala sesuatu yang terjadi atas mereka sebagai datangnya dari Tuhan.
Satu-satunya makanan yang disediakan bagi tawanan ini adalah muntah
burung-burung pemakan bangkai itu. Mereka yang menolak memakannya akan menjadi
lemah sampai mereka jatuh. Mereka yang memakannya dikuatkan, tetapi dengan kekuatan
dari sijahat. Mereka kemudian akan mulai memuntahi yang lain. Jika seseorang
mulai melakukan hal itu, satu setan jahat yang sedang menunggu untuk mendapat
tunggangan, akan diberikan yang ini dan dia akan naik pangkat ke divisi yang
lebih depan. Yang lebih buruk dari muntah burung-burung pemakan bangkai ini
adalah lendir yang memuakkan yang dikeluarkan dari pembuangan setan-setan ini
di atas orang-orang Kristen sewaktu mereka menungganginya. Lendir itu adalah
kecongkakan-ambisi, kepentingan diri sendiri, dst, yang merupakan sifat dari
divisi mereka masing-masing. Walaupun demikian, lendir ini membuat orang
Kristen merasa jauh lebih baik daripada penuduh sehingga mereka betul-betul
beranggapan bahwa setan-setan itu adalah utusan-utusan Tuhan, dan bahwa lendir
itu adalah pengurapan Roh Kudus. Kemudian suara Tuhan berbicara kepada saya dan
berkata : “ Inilah awal dari pasukan akhir zaman musuh, inilah penipuan puncak
si Iblis, dari kuasa penghancuran finalnya dilepaskan ketika dia memakai
orang-orang Kristen untuk menyerang orang-orang Kristen lainnya. Sepanjang
zaman dia telah menggunakan tentara ini, tetapi belum pernah dia berhasil
menawan begitu banyak orang untuk dimanfaatkan demi maksud-maksud jahatnya.
Jangan takut, Aku juga memiliki suatu pasukan. Sekarang engkau harus berdiri
dan bertempur, karena tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi dari peperangan
ini. Engkau harus bertempur untuk KerajaanKu, demi kebenaran dan bagi mereka
yang telah tertipu.” Saya sudah menjadi sangat muak dan geram oleh karena pasukan
Iblis itu, sampai-sampai saya ingin mati saja daripada hidup di dalam dunia
yang seperti itu. Walaupun demikian, perkataan Tuhan itu begitu membesarkan
hati sehingga saya segera mulai meneriakkan para tawanan Kristen itu bahwa
mereka tertipu, dengan pikiran bahwa mereka akan mendengarkan saya. Ketika saya
melakukan hal ini, kelihatannya seluruh pasukan berpaling memandang saya,
tetapi saya tetap berteriak-teriak. Saya pikir orang-orang Kristen itu akan
bangun dan menyadari hal yang terjadi pada mereka, tetapi sebaliknya banyak di
antara mereka yang mulai menjangkau anak-anak panah mereka untuk ditembakkan
kepada saya. Yang lainnya ragu-ragu mengenai apa yang harus mereka perbuat
terhadap saya. Saya tahu bahwa mereka melakukannya terlalu dini, dan itu kesalahan
yang konyol sekali.
PERTEMPURAN
DIMULAI
Kemudian
saya berpaling dan melihat pasukan tentara Tuhan berdiri di belakang saya. Ada
beribu-ribu prajurit, tetapi kami masih sangat kalah jumlah. Hanya sejumlah
kecil saja yang berpakaian lengkap dalam perlengkapan perang mereka, kebanyakan
hanya terlindung sebagian saja. Sejumlah besar sudah terluka. Kebanyakan yang
mengenakan perlengkapan perang lengkap, perisainya terlalu kecil, dan saya tahu
perisai itu tidak dapat melindungi mereka dari serangan yang akan datang.
Mayoritas dari prajurit adalah wanita dan anak-anak.
Di belakang
pasukan ini masih ada gerombolan yang mengekor, yang mirip dengan para tawanan
yang mengikuti pasukan Iblis, tetapi sangat berbeda dalam tabiatnya. Yang ini
kelihatannya orang-orang yang sangat berbahagia, dan mereka bermain-main,
menyanyi, berpesta, dan melancong dari kemah yang satu ke kemah yang lain. Hal
ini mengingatkan saya akan suasana di “Woodstock” (Pesta musik rock
besar-besaran di Amerika). Saya berusaha berteriak mengatasi kegaduhan untuk
memperingatkan mereka bahwa sekarang bukan waktunya untuk hal-hal itu, dan
bahwa pertempuran hampir dimulai. Tetapi bahkan yang bisa mendengarkan suara
saya hanya beberapa orang. Mereka yang mendengar memberi saya ‘tanda damai’ dengan
tangannya dan berkata bahwa mereka tidak percaya akan perang, dan bahwa Tuhan
tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi atas mereka. Saya berusaha
menjelaskan bahwa Tuhan telah memberi kita persenjataan untuk suatu maksud,
tetapi mereka menjawab dengan pedas bahwa mereka sudah sampai ke tempat damai
dan sukacita, dan tidak ada apa-apa yang akan terjadi pada mereka di situ .
Saya mulai berdoa dengan sungguh-sungguh supaya Tuhan menambahkan iman
(perisai) mereka yang bersenjata, untuk menolong kami melindungi mereka yang
tidak siap bertempur.
Seorang
utusan menghampiri saya, memberikan sebuah terompet serta menyuruh saya untuk
cepat-cepat meniupnya. Saya lakukan, dan mereka yang memiliki paling tidak
beberapa senjata segera menanggapi, dan berdiri tegap. Lebih banyak senjata
yang dibawanya, dan mereka cepat-cepat mengenakannya. Saya mengamati bahwa
mereka yang terluka tidak menutupi luka-luka mereka dengan senjata, tetapi
sebelum saya dapat berkata apa-apa tentang hal ini, anak-anak panah musuh mulai
menghujani kami. Setiap orang yang tidak mengenakan segenap senjatanya terluka.
Mereka yang tidak menutupi luka-luka mereka tertusuk lagi di tempat yang sama.
Mereka yang
terkena anak panah ‘fitnah’ segera mulai memfitnah mereka yang tidak terluka.
Mereka yang terkena anak panah ‘gosip’, mulai bergosip, dan segera suatu
perpecahan yang besar terjadi di perkemahan kami. Kemudian burung-burung
pemakan bangkai menukik turun, mencengkeram yang terluka dan mengirimkan mereka
ke perkemahan para tawanan. Orang-orang yang terluka itu masih memiliki
pedang-pedang mereka dan dapat menebas burung-burung itu dengan mudah, tetapi
mereka tidak melakukannya. Mereka sesungguhnya dibawa secara sukarela karena
mereka sangat marah kepada kami.
Pemandangan
di antara mereka yang ada di perkemahan di belakang pasukan kami malahan lebih
buruk lagi. Kelihatannya sama sekali kacau balau. Beribu-ribu terbaring di
tanah, terluka dan mengerang. Banyak yang tidak terluka hanya duduk
tercengang-cengang karena tidak percaya melihat yang terjadi. Yang terluka dan
yang duduk dalam ketidak percayaan dengan cepat disambar oleh burung-burung
pemakan bangkai. Beberapa berusaha menolong yang terluka dan menghalang-halangi
burung itu dari mereka, tetapi yang terluka itu begitu marah sehingga mereka
akan mengancam dan mengusir orang-orang yang berusaha menolong mereka.
Banyak yang
terluka hanya sekedar berlari sekuat tenaga dari arena pertempuran. Pertemuan
pertama dengan musuh ini begitu menghancurkan sehingga saya tergoda untuk ikut
melarikan diri dengan mereka. Kemudian, dengan cepat sekali, beberapa di antara
mereka muncul kembali dengan persenjataan lengkap, dan perisai-perisai yang
besar. Keriangan pesta telah berhenti menjadi ketetapan hati yang mengherankan.
Mereka mulai mengambil tempat orang-orang yang sudah jatuh, dan bahkan mulai
membentuk barisan-barisan baru untuk melindungi barisan-barisan belakang dan
sayap-sayap. Hal ini membangkitkan keberanian baru, dan setiap orang menetapkan
hati untuk berdiri dan bertempur sampai mati. Segera, tiga malaikat besar yang
bernama Iman, Pengharapan dan Kasih , datang dan berdiri di belakang kami, dan
perisai setiap orang mulai bertumbuh.
JALAN RAYA
Kami
memiliki pedang yang bernama Firman Tuhan , dan anak-anak panah yang bernamakan
Kebenaran-kebenaran Alkitabiah , kami ingin memanah balik, tetapi tidak tahu
bagaimana caranya memanah setan-setan itu tanpa mengenai orang-orang Kristen
yang ditungganginya. Kemudian terpikir oleh kami bahwa apabila orang-orang
Kristen itu tertembak dengan kebenaran, mereka akan bangkit dan melawan
penindas-penindas mereka. Saya menembakkan beberapa anak panah. Hampir semuanya
mengenai orang-orang Kristen. Walaupun demikian, ketika anak panah kebenaran
menusuk mereka, mereka tidak bangkit, atau jatuh terluka, mereka menjadi marah,
dan setan yang mengendarai mereka bertambah besar.
Hal ini
mengejutkan semua orang, dan kami mulai merasa bahwa pertempuran ini mustahil
dimenangkan, tetapi dengan Iman, Pengharapan dan Kasih, kami sangat yakin bahwa
kami, paling tidak bisa mempertahankan posisi kami. Malaikat lainnya yang
bernama Kebijaksanaan muncul dan memimpin kami untuk bertempur dari atas gunung
di belakang kami.
Di gunung
itu, sejauh mata memandang ada tebing-tebing pada berbagai ketinggian. Pada
setiap tingkat, tebingnya semakin sempit dan semakin sukar untuk berdiri di
atasnya. Setiap tingkat diberi nama sesuai dengan kebenaran Alkitabiah. Tingkat
yang lebih rendah diberi nama sesuai dengan doktrin-doktrin dasar seperti :
“Keselamatan”, “Pengudusan”, “Doa”, “Iman”, dan seterusnya. Dan tingkat yang
lebih tinggi diberi nama sesuai dengan kebenaran-kebenaran Alkitabiah yang
lebih lanjut. Semakin tinggi kami mendaki, baik perisai maupun pedang kami
bertumbuh semakin besar, dan semakin sedikit anak panah musuh yang dapat
mencapai posisi itu.
KESALAHAN
YANG TRAGIS
Beberapa
yang tinggal di tingkat bawah mulai mengambili anak-anak panah musuh dan
menembakkannya kembali. Ini kesalahan tragis. Setan-setan itu dengan mudah
mengelakkannya dan membiarkan anak-anak panah itu mengenai orang-orang Kristen.
Ketika seorang Kristen terkena salah satu panah “Penuduhan” atau “Fitnah”,
seekor setan Kepahitan atau Murka akan terbang dan bertengger pada anak panah
itu. Kemudian ia mulai buang air dan mengeluarkan racunnya di atas orang
Kristen itu. Jika pada satu orang Kristen ada dua atau tiga setan ini ditambah
‘kecongkakan’ , atau ‘merasa diri paling benar’ yang sudah ada padanya, dia
mulai beralih rupa seperti setan itu sendiri.
Dari tingkat
yang lebih tinggi kami dapat melihat hal ini terjadi, tetapi mereka yang di
tingkat yang lebih rendah yang menggunakan anak-anak panah musuh tidak dapat
melihat hal itu. Sebagian dari kami memutuskan untuk tetap mendaki, sementara
sebagian yang lain turun lagi ke tingkat yang lebih rendah untuk menerangkan
kepada mereka di sana hal yang sedang terjadi. Kemudian setiap orang
diperingatkan untuk tetap mendaki dan tidak berhenti, kecuali beberapa orang
yang menempatkan diri mereka sendiri si setiap tingkat untuk menolong
prajurit-prajurit yang lain mendaki lebih tinggi.
KEAMANAN
Ketika kami
mencapai tingkat yang disebut ‘Kesatuan Saudara Seiman’, tidak ada satupun anak
panah musuh yang dapat mencapai kami. Banyak yang di perkemahan kami memutuskan
bahwa sudah cukup kami mendaki. Saya bisa mengerti, semakin tinggi tingkatnya,
landasannya semakin genting. Walaupun demikian, semakin tinggi, saya juga
merasa semakin kuat dan semakin mahir menggunakan senjata-senjata saya, maka
saya terus memanjat.
Segera
kemahiran saya menjadi cukup baik untuk menembak dan mengenai setan-setan tanpa
mengenai orang-orang Kristen. Saya merasa bahwa apabila saya naik terus saya
dapat menembak cukup jauh untuk mengenai pemimpin gerombolan Iblis yang ada di
balik pasukannya. Saya menyesal karena banyak berhenti di tingkat yang lebih
rendah, tempat yang aman bagi mereka, tetapi mereka tidak dapat menembak musuh.
Walaupun begitu, kekuatan dan karakter mereka yang mendaki terus, membuat
mereka menjadi pemenang-pemenang besar, dan saya tahu masing-masing sanggup
menghancurkan banyak musuh.
Di setiap
tingkat banyak anak-anak panah “Kebenaran” berserakan, yang sepengetahuan saya
ditinggalkan oleh orang-orang yang telah jatuh dari posisi itu. Setiap anak
panah diberi nama sesuai dengan Kebenaran di tingkat itu. Beberapa orang
ragu-ragu untuk mengambil anak-anak panah itu, tetapi saya tahu bahwa kami
memerlukan semuanya itu yang bisa kami dapatkan untuk menghancurkan gerombolan
besar di bawah. Saya memungut sebuah, menembakkannya, dan dengan mudah mengenai
seekor setan sehingga yang lain mulai memungut dan menembakkan panah-panah itu.
Kami mulai menciutkan beberapa divisi musuh, oleh sebab itu, seluruh pasukan
Iblis memusatkan perhatiannya kepada kami. Untuk sementara waktu, kelihatannya
semakin banyak yang kami laksanakan, semakin kami ditentang.
Walaupun
tugas kami kelihatannya tidak ada habis-habisnya, tetapi situasinya sungguh
menggembirakan.
FIRMAN
ADALAH SAUH KITA
Pedang kami
bertumbuh setiap kali kami mencapai tingkat yang lain. Saya hampir
meninggalkannya, karena nampaknya kami tidak memerlukannya di tingkat yang
lebih tinggi. Akhirnya saya memutuskan bahwa pedang itu pasti diberikan kepada
saya untuk suatu maksud, jadi lebih baik saya bawa. Saya menghujamkannya ke tanah
dan mengikatkan diri saya sendiri ke pedang itu sementara saya menembaki musuh.
Pada waktu itu suara Tuhan berkata kepada saya : “Engkau telah menggunakan
hikmat yang akan memampukan engkau untuk mendaki. Banyak yang jatuh karena
mereka tidak menggunakan pedang mereka dengan tepat yaitu sebagai sauh bagi
diri mereka sendiri.” Kelihatannya tidak ada orang lain yang mendengar suara
ini, tetapi banyak yang melihat perbuatan saya dan melakukan hal yang sama.
Saya heran
mengapa Tuhan tidak berbicara kepada saya sebelum saya membuat keputusan ini.
Saya kemudian mengerti sendiri bahwa Dia sudah mengatakannya kepada saya dengan
cara tertentu. Kemudian saya memahami bahwa seluruh hidup saya telah merupakan
latihan-latihan untuk saat ini. Saya sudah dipersiapkan sedemikian sehingga
saya mendengar dan mentaati Tuhan sepanjang hidup saya. Saya juga mengerti
bahwa untuk suatu alas an, kebijaksanaan dan pengertian yang saya miliki
sekarang tidak dapat ditambahkan ataupun diambil semasa pertempuran
berlangsung. Saya menjadi sangat bersyukur bagi setiap ujian yang saya alami
dalam hidup saya, dan menyesal karena tidak lebih menghargainya pada waktu
terjadinya.
Dengan
segera kami mengenal setan-setan itu dengan ketepatan yang hampir sempurna. Di
pasukan musuh kegeraman bangkit mengamuk. Saya tahu bahwa orang-orang Kristen
yang terperangkap di pasukan itu sekarang merasakan pukulan yang berat dari
kegeraman itu. Karena tidak mampu mengenal kami, mereka saling menembaki satu
sama lain. Karena anak-anak panahnya sekarang tidak berguna melawan kami, musuh
mengirimkan burung-burung pemakan bangkai itu untuk menyerang. Mereka yang
belum menggunakan pedangnya sebagai sauh berhasil menjatuhkan banyak burung,
tetapi mereka juga terpukul roboh dari tebing tempat mereka berdiri. Beberapa
orang jatuh ke tingkat yang lebih rendah, tetapi beberapa lagi jatuh sampai ke
dasar dan dicengkeram dan di bawa pergi oleh burung-burung pemakan bangkai itu.
SENJATA BARU
Anak panah
Kebenaran jarang sekali menembus burung-burung pemakan bangkai, tetapi cukup
menyakiti mereka untuk mengusir. Beberapa di antara kami akan mendaki ke
tingkat berikutnya. Ketika kami mencapai tingkat yang disebut “Galatia Dua
Duapuluh”, kami berada di atas ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh
burung-burung itu. Pada tingkat ini langit di atas kami hampir-hampir
membutakan karena kecemerlangan dan keindahannya. Saya merasakan kedamaian yang
tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Sebelumnya,
semangat bertempur saya sesungguhnya dimotivasi demi Kerajaan, Kebenaran dan
Kasih kepada para tawanan, tetapi juga oleh kebencian dan kejijikan kepada
musuh. Tetapi pada tingkat ini saya menyusul Iman, Pengharapan dan Kasih, yang
sebelumnya hanya saya ikuti dari jauh. Pada tingkat ini saya hampir tenggelam
dalam kemuliaan mereka. Ketika saya menyusul mereka, mereka berpaling kepada
saya dan mulai memperbaiki dan memoles senjata saya. Dengan segera
senjata-senjata itu berubah dan memancarkan kemuliaan yang ada di dalam mereka.
Ketika mereka menyentuh pedang saya, sambaran petir besar yang gemilang
bersinar-sinar daripadanya. Kasih kemuliaan berkata ; “Mereka yang mencapai
tingkat ini dipercayakan dengan kuasa dari masa yang akan datang, tetapi aku
harus mengajar kamu cara penggunaannya.”
Tingkat
“Galatia Dua Duapuluh” itu sangat lebar sehingga tidak ada lagi bahaya
terjatuh. Juga ada persediaan anak panah yang bertuliskan nama : Pengharapan ,
dan yang jumlahnya tidak terbatas. Kami menembakkan beberapa di antaranya
kepada burung-burung pemakan bangkai itu, dan anak-anak panah ini membunuh
mereka dengan mudah. Sekitar separuh yang sudah mencapai tingkat ini terus
menerus menembakannya sementara yang lain mulai membawa anak-anak panah ini ke
bawah kepada mereka yang masih di tingkat lebih rendah.
Burung-burung
pemakan bangkai tetap datang secara bergelombang ke tingkat-tingkat di bawah,
tetapi setiap kali jumlahnya berkurang dari sebelumnya. Dari “Galatia Dua
Duapuluh” kami dapat mengenai musuh manapun dalam pasukan itu kecuali
pemimpin-pemimpin mereka, yang masih berada di luar jarak tembak. Kami
memutuskan untuk tidak menggunakan anak panah Kebenaran sampai kami
menghancurkan semua burung pemakan bangkai, karena awan depresi yang mereka
ciptakan membuat kebenaran kurang efektif. Hal ini memakan waktu lama, tetapi
kami tidak pernah lelah.
Iman,
Pengharapan dan Kasih, yang seperti senjata-senjata kami telah bertumbuh pada
setiap tingkat, sekarang sudah sedemikian besar sehingga saya tahu bahwa
orang-orang yang berada jauh dari arena pertempuran dapat melihat mereka.
Kemuliaan mereka bahkan memancar sampai ke perkemahan para tawanan yang masih
berada di bawah awan besar dari burung-burung pemakan bangkai. Kegembiraan
bertambah-tambah di dalam kami semua. Saya merasa, bahwa berada di pasukan ini,
di pertempuran ini, pastilah merupakan petualangan yang paling akbar sepanjang
masa.
Setelah
menghancurkan kebanyakan burung-burung pemakan bangkai yang menyerang gunung
kami, kami mulai mengarah kepada burung-burung yang menutupi para tawanan. Pada
waktu awan kegelapan mulai lenyap dan matahari mulai bersinar atas mereka,
mereka mulai bangun seakan-akan tadinya mereka tidur lelap sekali. Mereka
segera merasa muak akan kondisi mereka sendiri, terutama oleh karena muntah
yang masih menutupi mereka, dan mereka mulai membersihkan diri mereka sendiri.
Pengharapan dan Kasih, mereka melihat gunung tempat kami berada, dan mulai lari
kearahnya. Gerombolan Iblis menghujani mereka dengan anak-anak panah Penuduhan
dan Fitnah, tetapi mereka tidak berhenti. Pada waktu mereka tiba di gunung itu,
banyak yang pada tubuhnya ada selusin atau lebih anak panah, tetapi tampaknya
mereka bahkan tidak menyadari hal itu. Begitu mereka mulai menjajaki gunung
itu, luka mereka mulai sembuh. Karena awan depresi dilenyapkan kelihatannya segala
sesuatu menjadi lebih mudah.
PERANGKAP
Yang dulunya
tawanan sangat bersuka cita dalam keselamatan mereka. Pada waktu mereka mulai
menjejaki gunung itu, mereka kelihatan begitu larut dalam penghargaan akan
setiap tingkat, sehingga kami juga semakin menghargai kebenaran-kebenaran itu.
Segera suatu ketetapan hati yang dahsyat melawan musuh juga bangkit di dalam
mantan tawanan ini. Mereka mengenakan persenjataan yang disediakan dan mohon
untuk diijinkan kembali dan menyerang musuh. Kami mempertimbangkan hal ini,
tetapi kemudian memutuskan bahwa kami semua harus tetap tinggal di gunung untuk
bertempur. Sekali lagi suara Tuhan berkata : “Untuk kedua kalinya engkau
memilih hikmat. Engkau tidak dapat menang jika engkau mencoba memerangi musuh
di daerahnya sendiri, tetapi engkau harus tinggal di gunungKu yang Kudus.”
Saya
tertegun bahwasanya kami telah membuat keputusan lain yang begitu penting hanya
dengan berpikir dan mendiskusikannya secara singkat. Saya lalu menetapkan hati
untuk berusaha sebaik-baiknya untuk tidak membuat keputusan lain dengan
konsekwensi apapun tanpa berdoa. Kemudian dengan cepat Kebijaksanaan melangkah
kepada kami, memegang pundak saya erat-erat dan memandang mata saya
lekat-lekat, sambil berkata : “Engkau harus melakukan hal ini!” Saya kemudian
menyadari bahwa, walaupun saya sudah berada di dataran luas “Galatia Dua
Duapuluh” saya telah hanyut ke tepi tanpa menyadarinya, dan dengan mudah bisa
jatuh. Saya memandang mata Kebijaksanaan lagi, dan dia berkata dengan sangat
serius : ”Kalau engkau menyangka bahwa engkau teguh berdiri, hati-hatilah
supaya engkau jangan jatuh. Di dunia ini engkau dapat jatuh dari tingkat
manapun.”
ULAR
Untuk waktu
yang lama kami terus membunuh burung-burung pemakan bangkai dan menembaki
setan-setan yang mengendarai orang-orang Kristen. Kami menemukan bahwa
anak-anak panah dari berbagai Kebenaran akan memberi dampak yang lebih pada
setan-setan yang berlainan. Kami tahu pertempuran ini akan berlangsung lama,
tetapi tidak ada lagi korban perang, dan kami sudah melewati tingkat
“Kesabaran”. Walaupun begitu, setelah setan-setan ditembak lepas dari
orang-orang Kristen ini, hanya sedikit di antara mereka yang mau datang ke
gunung. Banyak yang sudah mengenakan tabiat setan, dan terus berada dalam
kesesatan mereka walaupun tanpa setan-setan itu. Sewaktu kegelapan dari
setan-setan menghilang kami dapat melihat tanah bergerak-gerak di sekitar kaki
orang-orang Kristen ini. Kemudian saya melihat bahwa kaki-kaki mereka diikat
oleh ular-ular yang bernama “malu”.
Kami
menembakkan anak-anak panah kebenaran kepada ular-ular itu, tetapi dampaknya
kecil saja. Kemudian kami mencoba menggunakan anak panah Pengharapan, tetapi tanpa
hasil. Dari “Galatia Dua Duapuluh” sangat mudah mendaki ke atas, jadi kami
mulai naik ke tingkat yang lebih tinggi. Segera kami berada di suatu taman yang
merupakan tempat yang paling indah yang pernah saya lihat. Di atas pintu masuk
taman ini tertulis : “Kasih Bapa yang tidak Bersyarat”, itulah pintu masuk yang
paling mulia dan paling mengundang yang pernah saya lihat, sehingga kami
terdorong untuk masuk. Begitu kami masuk, kami melihat Pohon Kehidupan di
tengah-tengah taman ini. Pohon itu masih dijaga oleh malaikat-malaikat yang
luar biasa kuatnya. Tampaknya mereka menantikan kami, jadi kami berani melewati
mereka dan berjalan ke Pohon itu. Salah seorang di antara mereka berkata :
“Orang-orang yang berhasil sampai ke tingkat ini, yang mengenal Kasih Bapa,
boleh makan.”
Saya tidak
menyadari betapa laparnya saya. Ketika saya mencicipi buah itu, rasanya lebih
enak daripada apapun juga yang pernah saya kenal. Rasa buah itu menimbulkan
kembali ingatan akan matahari, hujan, padang-padang yang indah, matahari
terbenam di seberang lautan, tetapi lebih dari itu, mengenai orang-orang yang
saya kasihi. Dengan setiap gigitan saya semakin mengasihi segala sesuatu dan
setiap orang. Kemudian musuh-musuh saya mulai muncul di benak saya, dan saya
juga mengasihi mereka. Perasaan itu segera menjadi lebih besar dari apapun yang
pernah saya alami, bahkan dari kedamaian di “Galatia Dua Duapuluh” sekalipun.
Kemudian saya mendengar suara Tuhan, dan Dia berkata : “Mulai sekarang, inilah
rotimu setiap hari. Tidak akan pernah engkau dihalang-halangi untuk memakannya.
Engkau boleh makan sebanyak dan sesering engkau mau. KasihKu tidak berakhir.”
Saya
memandang ke atas pohon itu untuk melihat darimana suara itu datang, dan saya
melihat bahwa pohon itu penuh burung-burung elang yang putih bersih. Mereka
memiliki mata yang paling tajam dan indah yang pernah saya lihat. Mereka
memandangi saya seakan-akan menantikan instruksi. Salah satu malaikat itu
berkata : “Mereka akan melakukan permintaanmu. Elang-elang ini memakan ular.”
Saya berkata :”Pergilah! Lahaplah Malu yang mengikat saudara-saudara kami”.
Mereka mengepakkan sayapnya dan angin yang besar datang dan mengangkat mereka
ke udara. Elang-elang ini memenuhi langit dengan kemuliaan yang membutakan.
Bahkan di tempat kami yang begitu tinggi, saya dapat mendengar suara kengerian
dari perkemahan musuh ketika mereka melihat elang-elang ini mendatangi mereka.
Tuhan Jesus
Kristus sendiri kemudian berdiri di tengah-tengah kami. Dia menyentuh setiap
orang, kemudian berkata : ”Aku sekarang harus menyampaikan kepadamu hal yang
Kusampaikan kepada saudara-saudaraKu setelah kenaikanKu; yaitu berita
KerajaanKu. Pasukan musuh yang paling kuat sekarang melarikan diri, tetapi
tidak hancur. Sekaranglah waktunya bagi kita untuk berbaris dengan Injil KerajaanKu.
Elang-elang telah dilepaskan dan akan pergi bersama kita. Kita akan mengambil
panah dari setiap tingkat, tetapi Akulah Pedangmu, dan Akulah Panglimamu.
Inilah waktunya Pedang Tuhan dihunus.”
Kemudian
saya berpaling dan melihat segenap pasukan tentara Tuhan berdiri di taman itu.
Ada pria dan wanita dan anak-anak dari segala suku dan bangsa, masing-masing
membawa panji-panji mereka yang berkibar di udara dalam persatuan sempurna.
Saya tahu bahwa hal seperti ini belum terlihat di bumi sebelumnya. Saya tahu
bahwa musuh masih memiliki lebih banyak lagi pasukan dan benteng-benteng di
seluruh bumi, tetapi tidak ada yang dapat bertahan di hadapan pasukan yang
besar ini. Saya berkata, hampir berbisik, “Pastilah ini hari Tuhan.” Seluruh
orang banyak itu kemudian menjawab dengan gelegar mengguntur : "Hari Tuhan
Semesta Alam telah tiba.”
Rick
Joyner
=======================================================================
KESAKSIAN RICK JOYNER, SENJATA - SENJATA SETAN DARI NERAKA
Pasukan
Kejahatan
Saya melihat
sebuah pasukan yang jahat dan sangat banyak, sejauh mata memandang tampak
mereka. Pasukan itu ada divisi-divisinya dan masing-masing membawa panji yang
berbeda. Pasukan yang paling penting dan utama adalah Harga diri, membenarkan
diri sendiri, minta dihargai, ambisi, menghakimi yang tidak bersalah dan yang
terlebih besar adalah Iri hati.
Pemimpin
pasukan yang besar ini adalah Penuduh dari saudaranya sendiri. Saya tahu bahwa
masih ada banyak kelompok jahat diluar jangkauan mata saya, tetapi ini adalah
pasukan dari neraka yang dilepaskan untuk melawan gereja.
Senjata –
senjata yang dibawa pasukan ini mempunyai nama, pedangnya bernama intimidasi,
tombaknya bernama penghianatan dan anak panahnya bernama penuduh, gossip,
fitnah dan pencari kesalahan. Pengintai dan pasukan kecil setan bernama
Penolakan, Kepahitan, Ketidaksabaran, tidak mau memaafkan dan nafsu, segera dikirim
untuk mempersiapkan serangan utama. Saya tahu dalam hati bahwa gereja tidak
pernah menghadapi hal ini sebelumnya. Tugas utama pasukan ini adalah untuk
memecah belah. Pasukan ini dikirim untuk menyerang setiap hubungan gereja satu
sama lain, jemaat dengan gembala, suami dan isteri, anak dan orang tua, bahkan
anak yang satu dengan yang lainnya.
Para
pengintai dikirim untuk membuka celah di gereja-gereja, keluarga-keluarga atau
individu-individu dengan penolakan, kepahitan, nafsu dll, yang dapat meledak dan
membuat lobang besar untuk divisi-divisi yang akan datang. Yang paling
mengejutkan dalam visi saya adalah pasukan ini tidak mengendarai kuda, tetapi
mengendarai orang-orang Kristen.
Banyak dari
mereka dari kalangan orang kaya, terhormat dan terpelajar. Mereka adalah
orang-orang Kristen yang membuka diri mereka sendiri kepada kuasa kegelapan,
dipakai musuh sedangkan mereka berpikir bahwa mereka sedang dipakai Tuhan.
Penuduh tahu bahwa jika rumahtangga terbagi – bagi tidak dapat bertahan, dan
pasukan ini merupakan perwakilan dari percobaan terakhir yang memecah belah
gereja sehingga mereka benar-benar jatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar