Translate

Kamis, 07 Juli 2016

MIMPI DAN PENGLIHATAN DARI BALI

Pulau Bali - Indonesia


Sabtu, 30 Januari 2016 pk 22:30
Seperti biasa, setelah mengatur kursi untuk ibadah raya, keesokan harinya saya langsung masuk ke kamar untuk segera beristirahat. Setelah selesai membersihkan badan, saya langsung masuk ke kamar untuk segera tidur.

Minggu, 31 Januari 2016
Saya mendengar pintu kamar saya digedor-gedor oleh orang, memerintahkan untuk segera bangun. Saya membuka mata saya tetapi terlalu silau karena seperti ada sorotan lampu senter yang diarahkan kepada saya, orang tersebut memaksa saya untuk segera bangun dan lalu saya diseret untuk masuk ke dalam truk yang telah siap di luar pastori gereja kami. Saya bisa melihat pada akhirnya, orang-orang yang memaksa saya untuk naik ke atas truk, beberapa orang dengan pakaian perang lengkap layaknya tentara zaman ini. Saya tidak tahu kemana saya akan dibawa namun saya mengetahui arah mana truk tersebut melaju. Truk tersebut melaju ke arah Denpasar.

Setelah sekian lama akhirnya saya mendengar kami semua diperintahkan untuk segera turun dari truk. Saya segera turun dan segera tahu di mana saya berada, ketika itu saya ada di sebuah gedung yang berada di daerah Jl. Sudirman, Denpasar.

Saya melihat antrian yang sangat panjang, banyak sekali orang yang antri. Setelah sekian lama akhirnya posisi antrian saya semakin dekat dengan ujungnya. Di ujung antrian ini saya melihat sebuah meja besar dan beberapa orang yang sedang duduk di depannya mendata dan menanyai orang orang yang sedang mengantri itu, semakin dekat posisi saya, akhirnya saya mampu mendengar apa yang menjadi pertanyaan orang-orang tersebut.

Ada 2 pertanyaan yang diajukan orang tersebut, pertama mengenai data diri orang yang diajukan pertanyaan, yang kedua “Apa kamu mau menerima pemimpin kami sebagai TUHAN?“ Ada yang mau menerima dan langsung menerima cap di tangan ataupun di dahi. Adapula yang tidak mau dan langsung ditembak dahinya di tempat dan mayatnya diseret keluar lalu dibuang layaknya sampah. Tiba juga giliran saya, setelah saya didata dan saya ditanyai, jawaban saya, saya tidak mau dan lalu saya ditembak di dahi saya.

Keanehan terjadi setelah saya tertembak, saya terbangun dan saya berada di kamar saya kembali, namun kali ini ketika terbangun saya melihat di samping saya ada sesosok seperti manusia. Berpakaian putih yang teramat bersih, baju zirah dari emas, layaknya tentara romawi jaman dulu. Membawa pedang yang masih tersarungkan, rambutnya ikal, matanya layaknya manusia namun di tengah-tengahnya ada nyala api yang sangat tajam. Saya diajaknya bangun lalu diajaknya berjalan keluar, saya tidak melihat satupun orang yang saya kenal. Saya diajak keluar dan saya melihat jalan-jalan aspal sudah terbelah dan saya melongok ke bawah, saya melihat banyak jiwa yang berteriak-teriak minta tolong.

Sungai dari lava yang terlihat sangat panas. Saat berjalan bersama sosok tersebut saya melihat ada beberapa orang dari bawah itu memanjat naik, ada yang hampir keluar, ketika tangannya sudah menyentuh atas, ada sebuah kail yang sangat besar terlempar dari bawah lalu menancap ke tubuh, kepala, pundak, dan ditariknya kembali orang tersebut ke bawah untuk kembali disiksa.

Setelah sekian lama saya diajak berjalan dan melihat pemandangan mengerikan seperti itu, saya dibawanya naik, terus sampai pada satu tingkatan dimana saya melihat seperti di dalam hutan. Hutan itu tidak seperti selayaknya hutan yang mengerikan, namun hutan tersebut terlihat begitu indah dan menyenangkan. Banyak orang disana bercengkerama, makan, minum, dan memuji TUHAN. Ada sebuah sungai yang cukup deras dan indah. Banyak batu, banyak air namun tidak dalam, ikan-ikan berlompatan.

Saya terus diajak berjalan oleh sosok ini dan terus dibawanya naik, sampailah pada tingkatan selanjutnya saya berada di depan sebuah pelataran yang sangat besar, setengah lingkaran dengan pilar-pilar yang besar dan banyak tentara yang berjaga. Saya melihat sebuah bangunan yang besar di tengah-tengah. Saya berjalan dan mendekat ke bangunan tersebut, ada sebuah pintu yang amat besar dan dibuka oleh 2 orang.

Saya masuk ke dalam bangunan tersebut saya melihat 6 kursi di sebelah kanan, 6 kursi di sebelah kiri, dan sebuah Takhta besar di tengah-tengah. Bau di dalam bangunan tersebut seperti bau bakaran yang sering dibakar oleh anak-anak penari sewaktu penyembahan.

Ketika saya di tengah, saya melihat 6 orang keluar di kanan dan di kiri saya. Wajahnya bersinar layaknya lampu dengan baju yang putih, teramat putih seperti tidak ada baju warna putih yang mampu menyamainya. Terlihat sangat indah. Setelah ke-12 orang tersebut sampai pada tempat duduknya mereka bernyanyi dalam bahasa yang tidak saya mengerti artinya namun saya seperti pernah mendengarnya (kemudian saya diberitahukan bahwa itu merupakan bahasa Ibrani ).

Ketika mereka bernyanyi maka keluarlah sesosok seperti manusia, namun saya tidak mampu melihat wajahnya, terlalu terang bahkan lebih terang dari sinar matahari, badannya pun mengeluarkan cahaya yang teramat terang. Setelah sosok tersebut sampai di Takhta-Nya, sosok tersebut memerintahkan semua untuk duduk.

Setelah duduk, Dia berkata kepada saya, “Adit, Adit“, saya menjawab, “Iya saya.“ Dia berkata, “Waktu-Ku akan segera tiba, perbaiki hati, jaga hati, jaga kekudusan, jangan malas, dan jangan bodoh. Sampaikan kepada semua orang mengenai apa yang Aku katakan.“ Saya jawab, “Baik, akan saya sampaikan.“ Lalu sosok itupun pergi, dan diikuti ke-12 orang di samping saya.

Setelah itu semua, saya diajak pergi oleh sosok pertama yang mengajak saya pergi, dibawanya saya keluar, terus berjalan kembali ke kamar dimana saya tidur. Lalu saya tertidur kembali. Saya terbangun dan semua kembali seperti keadaan semula.

Rabu, 3 Feb 2016
Saya sedang bekerja dan baru pulang dari wilayah Nusa Dua, langsung menuju kantin untuk makan siang. Setelah makan saya menuju ke atas, ke meja kerja saya untuk beristirahat. Ketika sampai saya duduk lalu senderan di kursi.

Saya tiba-tiba terbangun, namun tidak berada di meja saya kerja, saya terbangun di tengah-tengah padang rumput dan saya melihat ada jalan setapak, saya ikuti dengan mata saya dan saya melihat gedung besar yang pertama saya saksikan, saya masuk ke sana. Saya menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat siapa ada di sana bersama saya, lalu saya merasa ada yang memeluk saya dan bertanya, “Hai anak-Ku, bagaimana kabarmu? " Saya menoleh dan saya langsung memeluknya. Saya tahu itu Yesus, karena dalam hati saya saya merasa seperti diguyur oleh air dingin pada hari yang sangat panas. Kami ngobrol tentang apapun, saya peluk Dia erat-erat, tidak mau melepaskannya, lalu Dia berkata pada saya, “Lihatlah ke atas, mampukah engkau menghitung banyaknya bintang di langit itu?“ Lalu saya menjawab, saya tidak mampu TUHAN, Dia berkata pada saya, “Sama seperti banyaknya bintang di langit, sebanyak itulah kasihKU padamu, besarnya kasihKU pada semua orang.“ Saya memandang wajah-Nya dan memeluknya lebih erat.

Lalu Ia mengajak saya pergi dari sana, di jalan kami bercanda, berbicara, ngobrol mengenai banyak hal. Setelah sekian lama, saya sampai di bangunan tersebut saya diiajaknya masuk. Lalu dibawanya saya berjalan melaui lorong di belakang ke 6 kursi di sebelah kanan, lalu sampailah saya di depan sebuah pintu. Dibukanya pintu itu, lalu saya melihat ada sebuah meja yang sangat indah dan di atasnya ada 2 buah cawan. Yang di kiri hampir-hampir penuh sedangkan yang di kanan ¾ penuh. Saya bertanya pada TUHAN, “Apakah itu?“ TUHAN jawab, “Yang di sebelah kiri adalah cawan kejahatan, sedangkan yang di kanan, adalah cawan doa anak TUHAN.“ Lalu saya bertanya lagi, “Apa yang terjadi apabila cawan itu luber?“ TUHAN menjawab, "Iblis punya hak untuk menuntut nyawa anakKu, Aku akan seret anak-anak-Ku, Aku akan seret mereka agar mereka terselamatkan.“ Lalu, “Jagalah hatimu, jaga kekudusanmu, jangan malas, dan jangan bodoh.“ Lalu saya menangis sambil memeluk-Nya, Dia bawa saya keluar dan kembali duduk di kursi yang pertama. Dia berkata kepada saya, “Sampai ketemu lagi anak-Ku.“

Seketika itu saya terbangun, namun saya terbangun di kamar UGD di salah satu klinik di Denpasar, saya akan diberi defribilator di dada saya. Saya berteriak, bahwa saya tidak apa-apa, mengapa saya mau diberi tindakan seperti itu. Teman saya yang berada di samping saya berkata bahwa saya tidak bernafas lagi ketika di kantor duduk tertidur di meja saya, detak jantung tidak ada lagi. Oleh karena itu saya dibawa ke sana.


Saya menceritakan apa yang saya alami, mereka hanya manggut-manggut sembari bilang bahwa saya bermimpi. Lalu saya kembali ke kantor dan bekerja.

Tidak ada komentar: